Sebab manusia diciptakan bukan untuk satu warna, satu bangsa, terlebih satu keyakinan. Keragaman diciptakan sebagai sunnatullah atau hukum alam yang tidak bisa ditolak karena itu bagian dari kehendak Allah SWT.
"Keunggulan utama manusia dalam keragaman yaitu mampu bersama, mampu hidup rukun, dan saling menghargai," ujar Prof Asep.
Ia menyampaikan dapat dibayangkan oleh setiap individu, sekarang berkumpul dan menetap di suatu daerah yang tidak terbayangkan ketika masih kecil. Terjadi perpindahan manusia yang menempati suatu tempat dan berkumpul dengan berbagai macam suku dan bangsa, itu adalah karunia Tuhan, itu adalah kehendak Allah SWT yang dikenal dengan takdir
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. (QS Al-Hujurat: 13)
Prof Asep menerangkan, dengan demikian keragaman dan kerukunan terwujud jika setiap manusia dalam derajat yang egaliter atau sederajat tanpa ada superioritas.
"Tidak ada mayoritas dan minoritas, semua di sisi Allah sama, kebaikan tidak ditentukan oleh seberapa banyak kawan yang kita miliki dan seberapa banyak harta yang kita kuasai, kesalehan hanya diukur dalam bukti seberapa baik kita kepada orang lain tanpa melihat perbedaan dalam hal agama dan suku," jelas Prof Asep.