Jumat 28 Apr 2023 16:51 WIB

Bahaya Paparan Sinar UV yang Jarang Diketahui: Merusak DNA Hingga Sebabkan Cacat Genetik

Sinar UV kategori ekstrem melanda beberapa wilayah Indonesia, termasuk Jakarta.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Warga beraktivitas saat cuaca terik di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (24/4/2023). Paparan sinar UV dapat menimbulkan bahaya bagi kulit, mulai dari kerusakan DNA hingga kanker. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga beraktivitas saat cuaca terik di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (24/4/2023). Paparan sinar UV dapat menimbulkan bahaya bagi kulit, mulai dari kerusakan DNA hingga kanker. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) sebelumnya telah mengingatkan bahwa sinar ultraviolet (UV) kategori ekstrem melanda sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, pada Jumat (28/4/2023). Pertanyaannya, apa dampaknya bila tubuh Anda terpapar sinar UVA dan UVB?

Dermatolog, dr Arini Widodo SpKK, menjelaskan paparan UVA dan UVB yang tidak terlindungi dapat merusak DNA dalam sel kulit, menghasilkan cacat genetik, atau mutasi, yang dapat menyebabkan kanker kulit dan penuaan dini. "Radiasi UV adalah karsinogen manusia terbukti, menyebabkan karsinoma sel basal (BCC) dan karsinoma sel skuamosa (SCC)," ujarnya kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Baca Juga

Menurut dr Arini, jenis kanker ini sering muncul di area kulit yang terpapar sinar matahari. Untungnya, ketika ditemukan dan diobati sejak dini, kanker kulit yang umum ini biasanya dapat disembuhkan.

Dokter Arini mengatakan, foton UV berada di antara panjang gelombang cahaya tampak dan radiasi gamma. Energi UV dapat dibagi lagi menjadi komponen UV-A, -B dan -C berdasarkan sifat fisik elektro, dengan foton UV-C memiliki panjang gelombang terpendek (100–280 nm) dan energi tertinggi, UV-A memiliki panjang gelombang terpanjang (315– 400 nm) tetapi foton paling tidak energik dan UV-B berada di antaranya. "Setiap komponen UV dapat mengerahkan berbagai efek pada sel, jaringan, dan molekul," ujarnya.

Dia mengatakan, UVA dapat membuat penuaan kulit, kerusakan DNA, dan pigmentasi kulit. Sementara UVB menjadi penyebab utama kanker kulit, menyebabkan kulit terbakar (sunburn) dan kulit merah. "UVC paling berbahaya, akan tetapi gelombang ini tidak sampai ke bumi dan di absorbsi oleh ozon," ujarnya.

Untuk menghindari risiko masalah kulit karena sinar UV, dr Arini menyarankan untuk meminimalisasi waktu di luar ruangan selama "puncak" UV (pukul 10.00 hingga 16.00). Carilah tempat teduh sebanyak mungkin.

"Ketahuilah bahwa sinar matahari memantul dari permukaan reflektif dan dapat menjangkau bahkan di bawah payung atau pohon," ujarnya.

Dia juga menyarankan untuk menghindari sengatan matahari. Jangan lupa gunakan tabir surya dengan sun protection factor (SPF) >30.

"Pastikan untuk menerapkan berulang kali (terutama dengan berkeringat atau berenang) dan sesuai petunjuk," ujarnya.

Ia menyarankan untuk menggunakan tabir surya yang menawarkan perlindungan dari sinar UV-A dan UV-B, dan pastikan untuk menutupi tempat yang sering terlewatkan, bibir, telinga, sekitar mata, leher, kulit kepala, tangan, dan kaki. Gunakan juga kacamata hitam pelindung UV. 

Selain itu, jangan lupa pakai topi. Topi bertepi lebar melindungi kepala, wajah, telinga, dan leher. "Jika memakai topi cap, pastikan untuk menggunakan tabir surya di telinga dan leher," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement