ANTARIKSA -- Satelit radar beresolusi tinggi telah mengungkapkan lebih dari 19.000 gunung berapi bawah laut yang tersebar di planet kita. Hal itu memberikan para ilmuwan katalog gunung bawah laut terlengkap yang pernah dibuat. Namun, keberadaan mereka masih membingungkan para ilmuwan.
Kompendium baru yang diterbitkan di jurnal Earth and Space Science pada 6 April 2023 itu, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang arus laut, lempeng tektonik, dan perubahan iklim. Sebelumnya, hanya seperempat dasar laut Bumi yang telah dipetakan menggunakan sonar, gelombang suara yang mampu mendeteksi objek tersembunyi di bawah air.
Sensus sonar tahun 2011 menemukan lebih dari 24.000 gunung bawah laut, atau pegunungan bawah laut yang terbentuk akibat aktivitas gunung berapi. Namun, ada lebih dari 27.000 gunung laut yang belum dipetakan oleh sonar.
"(penemuan baru) Ini benar-benar membingungkan," kata David Sandwell, seorang ahli geofisika kelautan di Scripps Institution of Oceanography yang mengerjakan survei tersebut kepada majalah Science.
Namun, studi baru itu menunjukkan para ilmuwan tidak perlu lagi bergantung pada survei sonar untuk menyelidiki apa yang terjadi di bawah laut. Satelit radar tidak hanya mengukur ketinggian samudra, tetapi juga mampu melihat apa yang bersembunyi di kedalaman air sehingga menawarkan representasi topografi dasar laut yang lebih baik.
Para ilmuwan menarik data dari beberapa satelit, termasuk CryoSat-2 Badan Antariksa Eropa (ESA), dan menemukan sejumlah satelit itu bisa mendeteksi gundukan bawah air setinggi 3.609 kaki (1.100 meter), yang merupakan batas bawah dari gunung laut. Menurut penelitian tersebut, dengan teknologi satelit, para ilmuwan bahkan bisa memperkirakan ketinggian gunung berapi bawah laut yang kecil dengan akurasi sekitar 1.214 kaki (370 m).
Sejauh ini, para peneliti telah memetakan gunung bawah laut di timur laut Samudra Atlantik yang menjelaskan evolusi bulu mantel yang memasok material lebih dari 100 gunung berapi di Islandia. Peta yang diperbarui itu juga akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang arus laut dan upwelling, yang terjadi ketika air dari dasar lautan bergolak ke atas permukaan. Menurut para ilmuwan, fenomena itu bisa terkonsentrasi pada gunung dan pegunungan laut.
"Ada banyak hal menarik yang terjadi saat Anda memiliki topografi," kata Brian Arbic, seorang ahli kelautan fisik di University of Michigan di Ann Arbor yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. Sumber: Live Science