Sabtu 29 Apr 2023 16:42 WIB

Misbakhun: Tak Hanya UU Perampasan Aset, Semua UU Butuh Penegak Hukum yang Bersih

Perlukah pembentukan lembaga khusus terkait UU Perampasan Aset?

Red: Joko Sadewo
Anggota Fraksi Golkar DPR RI Mukhamad Misbakhun, mengatakan semua UU membutuhkan penegak hukum yang bersih.
Foto: Dok. DPR RI
Anggota Fraksi Golkar DPR RI Mukhamad Misbakhun, mengatakan semua UU membutuhkan penegak hukum yang bersih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Fraksi Golkar DPR RI, Mukhamad Misbakhun mengatakan semua undang-undang dalam pelaksanaannya membutuhkan aparat penegak hukum yang bersih. Tidak hanya UU Perampasan Aset saja, semua UU butuh penegak hukum yang bersih.

Dijelaskannya, sebagai pelaksana setiap UU, ada ketentuan yang menyangkut penegakan hukum pidana maupun aspek penegakan di bidang hukum lainnya. Supaya sebuah UU itu mempuyai detern effects kepada masyarakat untuk dipatuhi dalam sistem sosial membutuh aparat penegak hukum yang bersih.

"Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pertanyaan itu hanya mau ditujukan ketika kita mau menerapkan UU Perampasan Aset, terus isunya bahwa UU tersebut pelaksanaannya membutuh aparat hukum yang bersih?” kata Misbakhun, Jumat (28/4/2023).

Dengan lahirnya pertanyaan tersebut, kata Misbakhun, maka yang muncul pertanyaan apakah membersihkan lebih dulu aparat penegak hukumnya baru diterapkan UU Perampasan Aset. Padahal kapan selesainya pembersihan aparat penegak hukum.

“Atau kita butuh UU Perampasan Aset kemudian kita bikin unit penegak hukum yang bersifat khusus sebagai pelaksananya. Ini sama halnya saat kita melihat pada membuat UU Tipikor sehingga membentuk lembaga pelaksana khusus yang bernama KPK,” ungkap politikus Partai Golkar ini.

Dipaparkannya, semua proses pembentukan UU adalah keputusan politik bersama antara pemerintah dan DPR. "Disanalah forum kesepakatan politik dalam bentuk UU sebagai arah penegakan hukum nasional ditentukan,” ungkapnya.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
فَبَدَاَ بِاَوْعِيَتِهِمْ قَبْلَ وِعَاۤءِ اَخِيْهِ ثُمَّ اسْتَخْرَجَهَا مِنْ وِّعَاۤءِ اَخِيْهِۗ كَذٰلِكَ كِدْنَا لِيُوْسُفَۗ مَا كَانَ لِيَأْخُذَ اَخَاهُ فِيْ دِيْنِ الْمَلِكِ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗنَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَّنْ نَّشَاۤءُۗ وَفَوْقَ كُلِّ ذِيْ عِلْمٍ عَلِيْمٌ
Maka mulailah dia (memeriksa) karung-karung mereka sebelum (memeriksa) karung saudaranya sendiri, kemudian dia mengeluarkan (piala raja) itu dari karung saudaranya. Demikianlah Kami mengatur (rencana) untuk Yusuf. Dia tidak dapat menghukum saudaranya menurut undang-undang raja, kecuali Allah menghendakinya. Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki; dan di atas setiap orang yang berpengetahuan ada yang lebih mengetahui.

(QS. Yusuf ayat 76)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement