Senin 01 May 2023 07:56 WIB

Kisah di Balik Peringatan Hari Buruh 1 Mei

Asal-usul 'May Day' tidak bisa dipisahkan dari perjuangan buruh menuntut haknya.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Asal-usul 'May Day' tidak bisa dipisahkan dari perjuangan buruh menuntut haknya.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Asal-usul 'May Day' tidak bisa dipisahkan dari perjuangan buruh menuntut haknya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanggal 1 Mei dikenal sebagai perayaan hari buruh internasional, yang juga disebut dengan istilah May Day. Momen itu diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara. Biasanya, buruh mengorganisasi aksi massa untuk menuntut pemenuhan hak.

Bagaimana sejarah munculnya hari buruh tersebut? Dikutip dari laman Marxists, Senin (1/5/2023), asal-usul May Day tidak dapat dipisahkan dari perjuangan buruh untuk mendapat hari kerja yang lebih pendek, yang jadi tuntutan utama bagi kelas pekerja.

Baca Juga

Perjuangan itu berawal hampir sejak permulaan sistem pabrik di Amerika Serikat. Tuntutan untuk mendapat upah yang lebih tinggi juga menjadi penyebab paling umum dari pemogokan awal di AS, selain ekspektasi mendapat jam kerja yang lebih pendek dan manusiawi, serta hak untuk berserikat.

Keluhan para pekerja di AS mengenai bekerja sejak 'matahari terbit hingga terbenam' (sekitar 14-18 jam sehari) sudah diutarakan sejak awal abad ke-19. Karena eksploitasi menjadi semakin intensif, para pekerja merumuskan tuntutan terhadap para bos dan pemerintah.

Era 1820-an sampai 1830-an penuh dengan pemogokan terkait pengajuan tuntutan itu. Serikat Mekanika Philadelphia dianggap sebagai serikat buruh pertama di dunia, yang terbentuk usai pemogokan pekerja perdagangan bangunan di Philadelphia pada 1827.

Akan tetapi, aksi mogok pertama di kalangan kelas pekerja AS terjadi pada 1806, dilakukan oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan itu lantas mengusung perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di AS.

Pada 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di New York, AS. Sebanyak 20.000 orang berparade membawa spanduk bertulisan '8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi'. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar ke semua negara bagian di AS.

Berlanjut dengan kongres internasional pertama pada September 1866 di Jenewa, Swiss, yang menetapkan tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari. Di tahun sama, upaya itu juga telah dilakukan National Labour Union di AS.

Hasilnya, 1 Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Kongres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions. Selain menuntut jam kerja delapan jam sehari, peringatan itu memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja.

Tidak sampai di situ saja. Ada aksi besar-besaran selama empat hari yang dimulai pada 1 Mei 1886, melibatkan sekitar 400 ribu buruh di AS. Terjadi kericuhan, di mana polisi AS disebut menembaki ratusan orang. Para pemimpin gerakan pun ditangkap dan dihukum mati.

Insiden itu memicu diselenggarakannya Kongres Sosialis Dunia di Paris, Prancis, pada Juli 1889. Kongres menetapkan peristiwa di AS pada 1 Mei sebagai hari buruh sedunia. Resolusi dari kongres pun mendapat sambutan hangat dari berbagai negara. Sejak 1890, tanggal 1 Mei yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement