Rabu 03 May 2023 13:37 WIB

Angka Kematian Overdosis Fentanil di AS Melonjak 279 Persen

Fentanil adalah obat untuk meredakan nyeri hebat, misalnya akibat kanker atau operasi

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Tingkat kematian akibat penyalahgunaan obat fentanil di Amerika Serikat (AS) melonjak tajam dalam lima tahun terakhir.
Foto: AP/Jae C Hong
Tingkat kematian akibat penyalahgunaan obat fentanil di Amerika Serikat (AS) melonjak tajam dalam lima tahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Tingkat kematian akibat penyalahgunaan obat fentanil di Amerika Serikat (AS) melonjak tajam dalam lima tahun terakhir. Menurut laporan yang dirilis National Center for Health Statistics' National Vital Statistics System pada Rabu (3/5/2023), persentase kematian overdosis melibatkan fentanil meningkat sebesar 279 persen antara 2016 dan 2021, dari 5,7 per 100 ribu menjadi 21,6 per 100 ribu.

"Kami selalu berharap kami tidak akan melihat peningkatan kematian fentanil, tetapi ini benar-benar menyoroti bahwa ini terus menjadi masalah kesehatan masyarakat," kata Merianne Spencer, peneliti di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang turut menyusun laporan National Center for Health Statistics' National Vital Statistics System saat diwawancara ABC News.

Fentanil adalah obat untuk meredakan nyeri hebat, misalnya akibat kanker atau operasi. Fentanil juga bisa digunakan untuk meningkatkan efek obat bius ketika operasi. Di AS, tingkat kematian overdosis yang terkait dengan obat lain sebenarnya turut meningkat. Namun kenaikannya lebih rendah dan tidak mencapai tingkat fentanil.

Kematian terkait dengan metamfetamin, misalnya, meningkat empat kali lipat dari 2,1 per 100 ribu pada 2016 menjadi 9,6 per 100 ribu pada 2021. Sementara kematian akibat kokain lebih dari dua kali lipat dari 3,5 per 100 ribu menjadi 7,9 per 100 ribu selama periode yang sama.

"Ketika sampai pada overdosis, sebenarnya pendorong terbesar adalah orang-orang yang benar-benar bergumul dengan kecanduan terutama pada obat-obatan terlarang, yang fentanilnya terutama ditemukan dalam hal pasokan obat-obatan jalanan daripada obat resep," kata Dr. Allison Lin, seorang psikiater di University of Michigan Medical School yang turut terlibat dalam penyusunan laporan National Center for Health Statistics' National Vital Statistics System.

"Dan terutama orang-orang yang berjuang dengan kecanduan berbagai zat, seringkali, orang-orang yang menggunakan tidak hanya fentanyl, tetapi fentanyl plus kokain atau fentanyl plus metamfetamin," ujar Dr. Allison Lin menambahkan.

Sementara itu, obat-obatan yang menyebabkan sebagian besar kematian akibat overdosis seperti heroin dan oksikodon mengalami penurunan tingkat mortalitas. Tingkat kematian overdosis heroin turun dari 4,9 per 100 ribu menjadi 2,9 per 100 ribu. Sementara tingkat kematian overdosis oksikodon turun sedikit dari 1,9 per 100 ribu menjadi 1,5 per 100 ribu.

Namun CDC mengatakan penurunan kematian terkait heroin turut bertautan dengan peningkatan perawatan untuk orang yang menggunakan heroin, serta peningkatan akses ke nalokson, yang mengatasi overdosis opioid. Para peneliti mencatat telah terjadi peningkatan yang nyata dalam penggunaan fentanil, dan kemudian overdosis fentanil. Sebab overdosis heroin telah menurun.

Dari 2019 hingga 2020 saja, tingkat kematian yang terkait dengan fentanil naik 55 persen. Sementara pada 2020-2021, angka kematiannya meningkat 24,1 persen. Pada Selasa (2/5/2023) lalu, Departemen Kehakiman AS dan FBI mengumumkan bahwa 300 orang ditangkap setelah operasi selama setahun melacak perdagangan fentanil dan opioid di web gelap. Menurut Drug Enforcement Administration Departemen Kehakiman AS, telah terjadi pergeseran dari pasar berbasis heroin ke pasar berbasis fentanil.

Pada 2021, di antara semua kelompok umur, fentanil merupakan obat dengan tingkat kematian akibat overdosis tertinggi. Namun, angka tertinggi di antara mereka yang berusia 35 hingga 44 tahun pada 43,5 per 100 ribu dan mereka yang berusia 25 hingga 34 tahun pada 40,8 per 100 ribu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement