REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Raksasa minyak dan gas British Petroleum (BP) telah melaporkan laba yang kuat untuk awal tahun karena harga energi tetap tinggi.
Keuntungan BP mencapai lima miliar dolar AS (sekitar Rp 73,5 triliun) dalam tiga bulan pertama tahun ini, meskipun turun dari 6,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 91,1 triliun) tahun lalu akibat harga minyak yang turun dari puncaknya setelah invasi Rusia ke Ukraina. Laba besar perusahaan energi ini telah menyebabkan mereka membayar lebih banyak pajak karena rumah tangga juga yang menghadapi tagihan tinggi.
Buruh dan Demokrat Liberal menyerukan perubahan pada pajak pendapatan besar. Pemimpin buruh Sir Keir Starmer menyerukan pajak pendapatan yang tepat atas keuntungan energi. "Tentu saja kami ingin BP dan lainnya mendapat untung sehingga mereka bisa berinvestasi tapi ini adalah keuntungan yang besar karena harga energi dunia sangat tinggi," kata Starmer dilansir BBC, Selasa (2/5/2023).
Pemimpin Demokrat Liberal Ed Davey mengatakan, keuntungan BP ini adalah tendangan bagi semua orang yang berjuang untuk membayar tagihan energi mereka. "Pemerintah telah membiarkan raksasa minyak dan gas lepas kendali atas miliaran pound sementara orang dan bisnis berjuang untuk membayar gas dan listrik mereka," kata Davey.
Seorang juru bicara Departemen Keuangan mengatakan, melalui Retribusi Keuntungan Energi, pemerintah memastikan keuntungan energi berlebih digunakan untuk mengurangi tekanan pada keluarga di seluruh wilayah. "Dana ini digunakan untuk menahan tagihan energi masyarakat dan mendanai salah satu paket biaya hidup paling murah di dunia senilai 94 euro miliar atau sekitar 3.300 euro per rumah tangga tahun ini dan tahun lalu."
BP melaporkan rekor keuntungan tahunan tahun lalu karena perusahaan bersama dengan sektor energi lainnya diuntungkan dari lonjakan harga minyak dan gas setelah invasi Rusia ke Ukraina. Ini telah menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan energi, tetapi juga memicu kenaikan tagihan energi untuk rumah tangga dan bisnis.
CEO BP Bernard Looney mengatakan kuartal pertama adalah salah satu kinerja yang solid. Perusahaan melihat kinerja luar biasa pemasaran dan perdagangan gas, serta perdagangan minyak yang sangat kuat.
Mantan Bos BP Nick Butle dan profesor tamu di King's College London, mengatakan, hasil yang kuat bersumber dari kinerja bisnis internal yang baik, juga dari harga tinggi di seluruh dunia. "Namun keuntungan perusahaan kemungkinan besar akan turun cukup banyak tahun ini karena harga minyak dan gas turun kembali," kata Butle.