Jumat 05 May 2023 15:54 WIB

Tujuh Negara Ini akan Gunakan Visa Elektronik dari Arab Saudi, Ada Indonesia?

Arab Saudi baru-baru ini memperbaiki prosedur dan melonggarkan aturan visa.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Staf paspor di Bandara Internasional Pangeran Mohammad Bin Abdulaziz di Madinah, Arab Saudi. Tujuh Negara Ini akan Gunakan Visa Elektronik dari Arab Saudi, Ada Indonesia?
Foto: Saudi Gazette
Staf paspor di Bandara Internasional Pangeran Mohammad Bin Abdulaziz di Madinah, Arab Saudi. Tujuh Negara Ini akan Gunakan Visa Elektronik dari Arab Saudi, Ada Indonesia?

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengumumkan pada Kamis (4/5/2023) mereka akan mengganti stiker visa dengan visa elektronik (e-visa) di tujuh negara.

Dilansir di Al Arabiya pada Jumat (5/5/2023), Kementerian mengatakan inisiatif baru untuk menggunakan e-visa dengan kode QR mulai berlaku pada 1 Mei di misi Kerajaan di Uni Emirat Arab, Yordania, Mesir, Bangladesh, India, Filipina, dan Indonesia.

Baca Juga

Langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk otomatisasi prosedur dan meningkatkan kualitas layanan konsuler yang disediakan oleh kementerian. Selain itu juga untuk mengembangkan mekanisme penerbitan visa kerja, residensi, dan kunjungan.

Di samping itu, Kerajaan baru-baru ini memperbaiki prosedur dan melonggarkan aturan visa, sehingga menarik lebih banyak wisatawan dan bisnis asing. Hal itu juga terjadi di tengah pembicaraan tentang kemungkinan visa regional terpadu bergaya Schengen di antara negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).

Menurut Menteri Pariwisata Bahrain, Fatima al-Sairafi, GCC sedang meninjau rencana perihal meluncurkan visa gaya Schengen regional untuk wisatawan, sebuah langkah yang diharapkan dapat lebih mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dia berbicara selama Pasar Perjalanan Arab (ATM) yang diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Fatima al-Sairafi mengatakan negara-negara sedang mempelajari cara mendapatkan visa tunggal terpadu.

Adapun negara anggota GCC meliputi Arab Saudi, UEA, Kuwait, Bahrain, Oman, dan Qatar.

“Kami melihat ini bisa terjadi segera karena kami melihat orang-orang yang terbang dari luar negeri ke Eropa biasanya menghabiskan waktunya di beberapa negara daripada di satu negara. Kami benar-benar melihat nilai yang dapat diberikan ini bukan untuk setiap negara tetapi untuk kita semua,” kata menteri tersebut kepada sebuah panel di ATM.

Di sisi lain, CEO Otoritas Pariwisata Saudi Fahd Hamidaddin menjelaskan calon pelancong akan lebih cenderung mengunjungi beberapa negara di suatu wilayah, daripada satu negara jika sistem visa diadopsi. “Saya percaya para pelancong di masa depan akan selalu melihat banyak perhentian, rute, dan wilayah,” kata Hamidaddin.

Wakil Menteri UEA untuk Kementerian Ekonomi Abdullah al-Saleh mengatakan seluruh wilayah Teluk akan mendapat manfaat dari peraturan payung, kebijakan, dan prosedur untuk memfasilitasi pertumbuhan.

"Negara-negara GCC percaya jika mereka memberikan pengalaman yang baik bagi pengunjung terutama pengunjung jarak jauh yang datang ke wilayah ini, daripada mengunjungi satu negara, akan ada program untuk memaksimalkan kunjungan mereka ke lebih dari satu negara di wilayah tersebut,” ungkap al-Saleh.

“Para pengunjung akan lebih senang dengan mengunjungi beberapa negara tanpa batasan, memfasilitasi perjalanan lintas batas, menyatukan satu paket untuk mengunjungi berbagai negara di GCC,” lanjutnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement