Jumat 05 May 2023 16:28 WIB

Rupiah Menguat Didukung Data Ekonomi Indonesia Kuartal I 2023

Rupiah ditutup meningkat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp 14.678 per dolar AS

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Rupiah pada Jumat ditutup meningkat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp 14.678 per dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Rupiah pada Jumat ditutup meningkat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp 14.678 per dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Jumat (5/5/2023) menguat didukung rilis data ekonomi Indonesia kuartal pertama 2023 yang mencatatkan pertumbuhan 5,03 persen secara tahunan (year on year/yoy). Rupiah pada Jumat ditutup meningkat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp 14.678 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.685 per dolar AS.

"Kondisi fundamental ekonomi yang baik ini menjadi platform yang baik bagi rupiah untuk dapat bersaing dengan dolar AS," kata analis ICDX Revandra Aritama saat dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Revandra menuturkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat di 5,03 persen pada kuartal pertama 2023 tersebut lebih tinggi dari prakiraan, yang berarti ekonomi Indonesia tumbuh dengan baik dan kondisi ekonomi dalam negeri stabil. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama ekonomi kuartal I 2023.

Selain konsumsi rumah tangga, ekspor neto dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi penyumbang tertinggi lainnya dengan andil masing-masing 2,1 persen dan 0,68 persen. Kemudian, disusul konsumsi pemerintah sebesar 0,22 persen serta komponen lainnya minus 0,41 persen.

Sementara dari faktor eksternal, Revandra mengatakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada Rabu (3/5/2023) memutuskan untuk menaikkan nilai suku bunga sebesar 25 basis poin. Keputusan itu diambil karena The Fed menilai inflasi masih terlalu tinggi.

Ketua The Fed Jerome Powell juga mengatakan The Fed belum berencana untuk melunak dalam waktu dekat karena untuk inflasi bisa turun, diperlukan waktu.

Di sisi lain, krisis perbankan yang menerpa AS masih berlanjut, setelah kejadian Silicon Valley Bank, yang terbaru dikabarkan First Republic Bank dan Pacwest Bancorp juga dikabarkan mengalami krisis.

"Krisis ini menyebabkan munculnya keraguan terhadap perekonomian AS yang terancam semakin tertekan. Hal ini direfleksikan dari indeks dolar AS yang tidak mengalami penguatan setelah diumumkannya kenaikan nilai suku bunga," ujarnya.

Investor meragukan apakah AS dapat keluar dari krisis tersebut dengan baik dalam waktu dekat. Kondisi itu membuat dolar AS gagal memberikan tekanan bagi mata uang lain, termasuk rupiah yang berhasil stabil dan belum mengalami tekanan berarti.

Rupiah pada pagi hari dibuka naik ke posisi Rp 14.673 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 14.649 per dolar AS hingga Rp 14.688 per dolar AS.

Sementara kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melemah ke posisi Rp 14.674 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.632 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement