REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksi pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II 2023 bisa mencapai 5,2 persen. Penopang utama laju pertumbuhan ekonomi terutama adanya momen Hari Raya Idul Fitri 1444 yang jatuh pada akhir April 2023.
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto, menuturkan, laju pertumbuhan kuartalan pada kuartal kedua tahun ini diproyeksi tumbuh hingga 3,9 persen. Proyeksi itu naik dari realisasi kuartal II 2023 sebesar 3,73 persen ataupun kuartal II 2021 yang hanya 3,3 persen.
Eko menuturkan, meski pertumbuhan kuartalan belum menyamai saat periode pra-Covid-19 yang melebih empat persen, setidaknya tren pemulihan ekonomi terus membaik dan menunjukkan akselerasi.
"Kalau angka itu dicapai, maka kita bisa sampaikan kemungkinan pertumbuhan ekonomi kuartal II tumbuh 5,2 persen," kata Eko dalam diskusi publik secara virtual yang digelar Indef, Jumat (5/5/2023).
Ia bahkan meyakini puncak pertumbuhan ekonomi tahun 2023 terjadi pada kuartal kedua. Tidak lain, utamanya karena sebagian besar bulan Ramadhan dan Lebaran yang menjadi puncak aktivitas ekonomi jatuh di April. Momentum aktivitas ekonomi saat Lebaran pun menjadi saat-saat yang ditunggu untuk mendongkrak perputaran uang di Indonesia.
Memang, terdapat momen-momen lain yang juga menjadi puncak aktivitas ekonomi. Namun Lebaran dinilai masih yang tertinggi.
"Kita proyeksikan kuartal II 2023 jadi puncak pertumbuhan ekonomi karena saya belum bisa melihat momentum lain yang lebih besar dari Lebaran yang menjadi stimulan ekonomi," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat (5/5/2023) pagi melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,03 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada kuartal I 2023. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud, mengungkapkan produk domestik bruto (PDB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar Rp 2.961,2 triliun, sementara PDB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar Rp 5.071,7 triliun.