REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Bak adegan di film Hotel Rwanda yang merajai box office 2004 lalu. Film besutan sutradara Terry George itu, mengangkat tentang kisah penyelamatan pengungsi di salah satu hotel di Rwanda, ketika perang saudara berkecamuk di benua hitam itu.
Kisah ini pun, menimpa salah satu warga negara Indonesia di tengah meletusnya perang Sudan. Jarum jam menunjukkan pukul 09.00 waktu Sudan pada hari Sabtu (15/4/2023). Ketika itu, Muhammad Nizar, pilot maskapai Asia Cargo Airlines (ACA), dan empat kru mendengar rentetan pertama tembakan di dekat tempat mereka menginap di Khartoum, Sudan.
Nizardan awak maskapai kargo pada petang itu sedang menunggu keberangkatan. Pria asal Jakarta tersebut mengaku tidak menyangka bahwa mereka saat itu sedang berada di tengah perang militer. Awalnya mereka berpikir itu hanya aksi demonstrasi sipil saja.
Nizar dan kru saat itu baru saja tiba di Khartoum dari Jakarta untuk membawa pesawat kargo perusahaan maskapai tempat mereka bekerja, dan tiba sekitar pukul 04.30 pagi waktu Sudan. Mereka menginap di Coral Hotel.
Namun, hari itu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sudan menginformasikan bahwa warga negara Indonesia harus mencari tempat perlindungan diri yang aman sesegera mungkin karena perang militer tengah berkecamuk di salah satu negara Islam di Afrika Tengah itu.
Nizar yang menginap bersama empat kru pesawat kargo maskapai ACA lainnya, sore itu masih berada di lantai 7 hotel. Rentetan tembakan seketika membuat mereka kaget.
Dua hingga tiga hari mereka tidak bisa tidur karena desing peluru hingga letupan bom terus menderu, bahkan seperti mendekat. Peperangan hanya terdengar mereda kala adzan berkumandang.
Nizar dan teman-temannya mengira, mungkin pihak yang berkonflik di Sudan juga tengah berpuasa. Karena umat Islam saat itu memasuki ibadah puasa Ramadhan 1444 Hijriyah. Jadi, waktu azan subuh dan azan maghrib tidak ada suara tembakan.
Akan tetapi, selepas menunaikan shalat, tembak-menembak dimulai lagi. Baku tembak dua kubu berseteru di Sudan itu terus berlangsung, seolah tanpa ada habisnya. Nizar dan kru sebenarnya ingin tenang dan rileks sejenak, tapi tidak bisa.
Berbagai cara dicoba supaya bisa tenang dan fokus. Nizar banyak menelepon teman-temannya di Indonesia untuk sekadar bercanda dan menenangkan diri. Akan tetapi, itu tidak membantu menghibur hatinya karena suasana di sekitar tempat menginap memang tidak aman.
"Mau bercanda juga tidak maksimal. Tertawa, tapi tertawa juga kelihatannya agak getir. Nggak bisa tertawa lepas," kata Nizarketika ditemui di kawasan Ancol, Jakarta awal Mei 2023.
Mereka ingin menyelamatkan diri, tapi nyatanya itu tidak mungkin karena terlalu berbahaya. Nizar tahu, mereka mesti menyelamatkan diri secara mandiri cepat atau lambat, agar bisa bertahan dari serangkaian tembak-menembak tiba-tiba itu.
Tanggal 24 April 2023, suara kaca hotel yang pecah akibat terkena peluru nyasar sudah tak terhitung jumlahnya. Bahkan tembakan itu terlihat dari lantai 7 hotel tempat mereka menginap. Nizar hanya bisa mengira-ngira, mungkin tinggi luncuran peluru sampai ke lantai 9 Coral Hotel.
Mungkin ada tujuh sampai delapan kaca hotel sekitar lantai 7 yang pecah pada bagian depan, samping ada tiga kaca pecah, di tapak bangunan sebelah kiri juga ada bekas tembak-tembakan dan kaca pecah.
Di belakang pun juga seperti itu, di gedung yang di belakang hotel, ada beberapa tembakan langsung membuat kaca pecah, dan di lantai dasarnya pun juga sempat masuk peluru.
Baca juga: Shaf Sholat Campur Pria Wanita di Al Zaytun, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Hukumnya
Kabar yang beredar di antara para tamu hotel yang bertahan saat itu, kisah Nizar, sekitar hotel pun banyak mayat tentara bergelimpangan, namun sudah disingkirkan. Selain lima kru Asia Cargo Airlines yang semuanya WNI, seingat Nizar, ada delapan orang lagi yang bertahan di Coral Hotel kala itu. Mereka warga negara Belarusia.
Nizar dan krubersepakat untuk mengevakuasi diri hari itu, sementara delapan tamu hotel lainnya memilih bertahan lebih lama di hotel.
Suasana mencekam di luar hotel tak menyurutkan niat mereka. Sepanjang perjalanan yang mereka lintasi itu tampak mobil-mobil yang ada senapan di belakangnya, sudah ditinggal pengemudinya. Saat melewati pintu hotel, terlihat ada tentara muda yang berlarian.
"Pemandangan meresahkan ini yang kami lihat di jalan. Terus juga ada tank-tank dan kendaraan taktis untuk blokade jalan," kata Nizar, pria paruh baya itu.