Selasa 09 May 2023 21:52 WIB

Gelar Konferensi Internasional, MUI Berharap Konflik Dunia Selesai dengan Ajaran Agama

Konferensi internasional akan digelar MUI.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
 Gelar Konferensi Internasional, MUI Berharap Konflik Dunia Selesai dengan Ajaran Agama. Foto:  Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Gelar Konferensi Internasional, MUI Berharap Konflik Dunia Selesai dengan Ajaran Agama. Foto: Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) bebekerjasama dengab Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Dunia) akan menggelar Konferensi Internasional dengan tema "Agama, Perdamaian dan Peradaban" pada 21-23 Mei 2023 di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (9/5/2023). MUI berharap konferensi internasional ini turut berkontribusi untuk menyelesaikan konflik di dunia dengan ajaran agama yang damai. 

Wakil Ketua Umum MUI Pusat, KH Marsudi Syuhud mengatakan, konferensi internasional ini menjadi penting karena agama itu bisa menjadi sumber konflik dan juga bisa menjadi sumber perdamaian. 

Baca Juga

"Tentu kita menginginkannya pasti untuk bisa damai. Karena, ajaran agama adalah perdamaian. Artinya nilai perdamaian merupakan ajaran daripada agama. Maka kita angkat," ujar Kiai Marsudi saat konferensi pers di lantai 4, kantor MUI Pusat, Jakarta Pusat, Selasa (9/5/2023).

Di dunia internasional sekarang ini, lanjut dia, konflik di negara-negara muslim terus bertambah, baik di Afrika maupun di Timur Tengah. Dengan adanya konferensi internasional ini, Kiai Marsudi berharap konflik tersebut selesai melalui ajaran agama.

"Dengan ini kami berharap, yang sudah konflik itu bisa selesai konfliknya, menemukan jalannya dengan melalui ajaran-ajaran agamanya untuk bisa hidup bersama-sama mendapatkan perdamaian itu," ucap Kiai Marsudi. 

"Ketika kita sudah damai, yakinlah peradaban akan terbangun," imbuhnya. 

Tujuan dari konferensi adalah menyemaikan pesan perdamaian beserta solusinya kepada masyarakat yang berbeda etnis, budaya, agama serta kesiapan masyarakat dan antisipasinya terhadap perubahan tata budaya dunia terutama teknologi, industri dan ekonomi. MUI pun mengundang narasumber dari berbagai negara dan latar belakang agama untuk hadir pada acara konferensi internasional.

"Insya Allah nanti akan dibuka oleh bapak presiden dan insyaAllah peserta yang konfirmasi sudah 340 yang terdiri dari peserta asing, ormas, MUI Pusat dan daerah, rektor, organisasi non-muslim," ujar Ketua OC Konferensi Internasinal, Safira Machrusah di tempat yang sama

Dia menambahkan, total narasumber dan peserta asing dari konferensi internasional ini sekitar 44, yang mewakili 25 negara. Antara lain, dari USA, Australia, Rusia, Prancis, Jerman, Uzbekistan, Saudi, Lebanon, Tunisia, Maroko, Aljazair, Irak, Yaman, Mesir, Yordania, Libya, India, Sudan, Palestina, India, Malaysia, Qatar, Thailand, Timor Leste, Filipina dan Kenya. 

Konferensi internasional ini rencananya akan dibuka oleh Presiden RI, Joko Widodo bersama Sekjen Rabithah Alam Islami, Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa. Acara internasional ini kemudian akan ditutup secara resmi oleh Wakil Presiden RI, KH Ma'ruf Amin. 

Sementara itu, Sekretaris Jenderal MUI Pusat, Amirsyah Tambunan menjelaskan tentang tema "Agama, Perdamaian dan Peradaban". Menurut dia, tema tersebut diangkat karena nilai-nilai agama mampu memotivasi,  mengimplementasikan, dan mengaktualisasikan nilai perdamaian dan peradaban dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk menjelang Pilpres 2024. 

"Karena itu sekali lagi konferensi internasional ini meniscayakan para peserta dari Indonesia dan dunia internasional berkontribusi nilai agama dapat aktualisasikan nilai perdamaian," kata Amirsyah. 

Menjelang Pilpres 2024, Amirsyah pun yakin agama akan mampu memotivasi, mengimplimentasikan, serta menciptakan kerukunan dan rasa persaudaraan atau ukhuwah. "Pilihan politik itu boleh beda, tapi ukhuwah wajib hukumnya. Wajib rukun damai supaya bisa menentukan pilihan A B C D. Karena itu saya katakan ukhkuwah itu wajib tak ada pilihan, harga mati. Ini seperti NKRi, harga mati," jelas Amirsyah.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement