REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang setahun terakhir pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat terus melaju. Tidak hanya ekonomi, berbagai pelayanan masyarakat juga semakin dirasakan manfaatnya.
“Layaknya pohon bambu, semakin tua semakin kuat. Selama setahun ini, kami telah menanamkan fondasi yang kokoh untuk masa depan Provinsi Sulbar lebih baik,” ujar Pj Gubernur Sulbar, Akmal Malik, yang juga Dirjen Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri, dalam keteranganya di Jakarta.
Terkait pertumbuhan ekonomi, Akmal menyebutkan, Sulbar mengalami pertumbuhan signifikan. Pada Mei 2022, Sulbar mencapai pertumbuhan tertinggi 1,04 persen (YoY). Pertumbuhan ini dimotori geliat lapangan usaha, penyediaan akomodasi, usaha makan-minum, pertambangan dan penggalian, serta pengadaan air.
Perkembangan terkini, Akmal menjelaskan, pertumbuhan ekonomi (YoY) Kuartal I 2023 mencapai 3,59 persen, jauh meningkat dibanding Kuartal I 2022. "Meski angka ini belum kembali pulih normal seperti sebelum masa krisis yang sempat pertumbuhan mencapai 6 persen. Sedangkan Kuartal I 2020 masih berada posisi 4,86 persen serta tahun pandemi 2021 mengalami minus di posisi -2,22 persen," ujarnya.
Dari aspek pengelolaan fiskal, Pj Gubernur Sulbar ini mengatakan, tingkat penyerapan APBD tahun 2022 telah mencapai 94,48 persen. Angkanya meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 84,1 persen. "Dengan tingkat penyerapan belanja yang baik ini, Sulbar meraih posisi ke tujuh serapan belanja daerah secara nasional," katanya.
Begitupun, lanjut Akmal, pengendalian inflasi daerah juga mengalami perbaikan. Sebelumnya, pada tahun 2022 tingkat inflasi Sulbar tercatat 4,85 persen di bawah inflasi nasional 5,51 persen. "Sulbar per kuartal I tahun ini juga berhasil mencatatkan inflasi terendah nasional, per Maret 3,89 persen," ujarnya menyebutkan.
Peningkatan pertumbuhan penciptaan nilai tambah tercatat dalam APBD, yakni 11 dari 17 kategori lapangan usaha. Sumber pundi penghasilan terjadi pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. “Sementara dari sisi pengelolaan sumber pertumbuhan ekonomi terbesar berasal dari komponen net ekspor,” katanya menjelaskan.