Sabtu 13 May 2023 10:30 WIB

GMC Jabar Dorong Peningkatan Kapasitas Petani Bawang Merah di Kabupaten Cirebon

Peluang Kabupaten Cirebon menyamai Kabupaten Brebes cukup besar.

Kabupaten Cirebon, Jawa Barat jadi salah satu wilayah dengan penyumbang hasil tani bawang merah terbesar di Tanah Pasundan, dengan mencatatkan hasil panen mencapai 35 ribu ton per tahun menurut data dari Dinas Pertanian Cirebon.
Foto: Dok. Web
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat jadi salah satu wilayah dengan penyumbang hasil tani bawang merah terbesar di Tanah Pasundan, dengan mencatatkan hasil panen mencapai 35 ribu ton per tahun menurut data dari Dinas Pertanian Cirebon.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kabupaten Cirebon, Jawa Barat jadi salah satu wilayah dengan penyumbang hasil tani bawang merah terbesar di Tanah Pasundan, dengan mencatatkan hasil panen mencapai 35 ribu ton per tahun menurut data dari Dinas Pertanian Cirebon.

Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari luasan lahan produksi bawang merah yang mencapai 3.400 hektare. Produksi per hektare bawang merah di Kabupaten Cirebon tembus hingga 10,5 ton. Sehingga dari jumlah luasan lahan tersebut, maka produksi bisa mencapai 35 ribu ton.

Baca Juga

Koordinator Wilayah (Korwil) GMC Jawa Barat Hamdan Muhammad mengungkapkan, keinginan Kabupaten Cirebon menjadi salah satu komoditas bawang merah unggulan sejajar bersama Kabupaten Brebes.

"Hari ini kami bicara soal bagaimana pengembangan budi daya bawang merah yang ada di desa Tawangsari. Setelah sebelumnya kita berdiskusi bagaimana Jerman sudah bisa memproduksi bawang yang bisa langsung dimakan, kemudian bagaimana Brebes bisa jadi sentra bawang merah di Indonesia,” kata Hamdan di Balai Pengumpulan Bawang Merah, Desa Tawangsari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, seperti dilansir pada Sabtu (13/5/2023). 

“Nah, kami melihat Jawa Barat ini memiliki potensi yang mampu menyaingi itu semua. Oleh karena itu, kami berikan pendampingan dengan harapan bisa berbagi informasi dan wawasan untuk memajukan petani bawah merah di sini," sambung Hamdan.

Menurut Hamdan, bertani bawang merah di wilayah tersebut memang sudah menjadi budaya yang turun temurun.

Banyak masyarakat yang hidupnya bergantung pada komoditas tersebut dan sudah menghasilkan perekonomian untuk masyarakat setempat. Namun, Hamdan menghimbau kepada para petani tersebut untuk tidak puas dengan kondisi saat ini. 

Dia pun menekankan agar para petani untuk bisa bereksplor dan meningkatkan hasil produksinya. "Kami memberikan suatu wawasan agar para petani tidak merasa puas dengan apa yang diperolehnya saat ini, sehingga kami mendorong mereka untuk terus melakukan inovasi karena kapasitas produksinya cukup besar," ujar Hamdan.

Ke depan, Hamdan akan bekerja sama dengan GMC Jawa Tengah untuk melakukan program pertukaran pengetahuan tentang bagaimana budi daya bawang merah.

"Kami sudah mempersiapkan rancangan program pertukaran dengan GMC Jawa Tengah untuk membahas hal tersebut secara lebih lanjut, serta merencanakan pemberian infrastruktur dan fasilitas penunjang pertanian, namun masih digali apa yang urgen untuk saat ini," jawabnya.

Menyikapi kedatangan GMC ke wilayahnya, Koordinator Petani Tawangsari, Rustanto berterimakasih atas kedatangan dan bantuan tersebut. Menurutnya, hal tersebut memberikan motivasi terhadap perkembangan potensi petani bawang merah ke depan.

"Alhamdullilah setiap tahun mereka makin bertambah dasar pendidikan pertaniannya. Sehingga dengan kedatangan GMC ini akan memperkuat pemahaman dan inovasi untuk para petani," ujar dia.

Selain itu, Rustanto berharap GMC bisa memfasilitasi program solusi bagi para petani yang selama ini dianggap sebagai kendala besar petani bawang merah.

"Salah satunya adalah subsidi pupuk yang semakin sulit didapatkan karena birokrasi yang rumit dan kalau pun ada harganya bisa mencapai dua kali lipat karena ada sebagian dari kami belum memiliki kartu tani. Semoga GMC maupun Pak Ganjar bisa memberikan solusi terbaik bagi para petani kecil bawang merah," kata dia. 

Kelompok serupa kerap menggandeng petani untuk maju bersama. Sebelumnya mereka menggelar workshop bersama petani milenial Mandalawangi. Kegiatan itu digelar di Desa Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten.

"Masyarakat Desa Mandalawangi khususnya pemuda dan pemudi Desa Mandalawangi memiliki semangat muda dan jiwa milenial dalam kegiatan pertanian," ujar Korwil GMC Banten Cucu Komarudin. 

Menurut Cucu, selama ini belum banyak perhatian pada para petani milenial padahal muda-mudi di kampung itu sangat bersemangat bercocok tanam, demikian dilansir dari Antara.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement