Kamis 18 May 2023 00:22 WIB

Impor Bahan Baku Turun Dipengaruhi Pola Musiman dan Kondisi Global

Nilai impor turun untuk seluruh jenis barang impor.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Impor (ilustrasi).
Foto: Bea Cukai
Impor (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Total impor mengalami penurunan 25,45 persen pada April 2023 jika dibandingkan bulan sebelumnya. Maka dari 20,59 miliar dolar AS menjadi 15,35 miliar dolar AS.

Nilai impor bahan baku atau penolong pada April 2023 juga turun 23,26 persen month to month (mtm). Nilai impor turun untuk seluruh jenis barang impor menurut penggunaan, baik bahan baku/penolong, barang modal, maupun barang konsumsi.

"Pola musiman mempengaruhi penurunan kebutuhan bahan baku dan barang modal untuk kegiatan produksi,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Rabu (17/5/2023).

Ia menjelaskan, penurunan impor bahan baku disebabkan pula oleh kondisi pasar global. Hal itu sejalan dengan penurunan yang terjadi pada nilai ekspor. Terutama untuk subsektor berorientasi ekspor seperti industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), industri kulit dan alas kaki, serta industri furnitur.

Sementara, pada industri plastik, penurunan impor bahan baku terjadi pada April. Ini karena pada bulan sebelumnya telah terjadi peningkatan impor resin sintetis.

Peningkatan impor pada Maret tersebut, kata dia, mengindikasikan terjadinya kenaikan tingkat produksi pada kelompok industri barang dari plastik sebagai pengguna resin sintetis. Itu bertepatan dengan persiapan Idul Fitri 1444 Hijriyah.

“Pada periode tersebut, produsen memaksimalkan aktivitas produksi barang dari plastik untuk memenuhi kebutuhan. Termasuk bagi industri makanan dan minuman,” jelas Febri.

Menghadapi kondisi menurunnya impor bahan baku, Kemenperin menyatakan akan terus berupaya mendorong peningkatan ekspor dan penguasaan pasar dalam negeri. Terhadap kondisi penurunan tersebut, bila melihat data IKI April 2023, persentase pelaku usaha industri yang menyatakan kondisi kegiatan usahanya meningkat dan stabil tercatat sebesar 73,9 persen, serta terjadi tren peningkatan optimisme pelaku usaha industri.

Kemenperin terus berupaya menjalankan berbagai langkah strategis untuk menjaga pasar bagi produk-produk hasil manufaktur di Indonesia. Di antaranya dengan kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri serta penguatan struktur industri nasional. Hilirisasi juga meningkatkan peluang tersedianya lapangan pekerjaan baru di Indonesia.

Untuk menguasai pasar domestik, diperlukan produk-produk dalam negeri yang terjangkau dan kualitasnya dapat disandingkan dengan produk impor. Upaya Kemenperin untuk penguasaan pasar domestik ini ditempuh melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), akselerasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), dan penyederhanaan aturan sertifikasi TKDN bagi Industri Kecil.

Di samping itu, pemerintah terus berupaya aktif melakukan upaya perluasan ekspor melalui kerja sama bilateral dan multilateral, juga membuka pasar ekspor ke negara-negara nontradisional. Keikutsertaan sebagai official partner country pada Hannover Messe 2023 yang berlangsung April lalu merupakan salah satu implementasi kerja sama bilateral dengan Jerman.

Kerja sama internasional diharapkan dapat menjaring semakin banyak investasi di sektor industri Tanah Air. “Kerja sama dengan negara mitra dan investor global dapat menjadikan Indonesia masuk di rantai pasok global, meningkatkan daya saing industri, dan membuka pasar luar negeri yang lebih luas,” tutur Febri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement