Ahad 21 May 2023 12:21 WIB

Dompet Dhuafa Upayakan Tingkatkan Ketangguhan Komunitas DAS 

Sungai menjadi urat nadi peradaban selama ribuan tahun.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menghadiri puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2023 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Pendopo Kecamatan Karangbinangun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur belum lama ini.
Foto: Humas Dompet Dhuafa
Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menghadiri puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2023 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Pendopo Kecamatan Karangbinangun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, LAMONGAN --  Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa terus mengupayakan agar dapat meningkatkan ketangguhan komunitas Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal ini dibuktikan dengan menghadiri puncak peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2023 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Pendopo Kecamatan Karangbinangun, Kabupaten Lamongan, Jawa timur  belum lama ini.

Kepala DMC Dompet Dhuafa, Arif Rahmadi Haryono menyampaikan, kolaborasi relawan itu penting  dilakukan dalam pemulihan dan pengelolaan DAS. Hal ini terutama yang berorientasi pada penciptaan ekosistem tangguh. "Dan siap siaga terhadap segala risiko bencana yang ada di sekitar area sungai," kata Arif dalam pesan resmi yang diterima Republika, Ahad (21/5/2023). 

Baca Juga

Jika berbicara soal peradaban sungai khususnya di Jakarta, tentu ini menjadi titik tolak bagi DMC Dompet Dhuafa untuk tergerak mencoba mengembalikan atau restorasi peradaban sungai. Menurut catatan para sejarawan, keberadaan sungai itu sudah cukup lama. Dalam konteks masyarakat yang hidup dari sungai tersebut sudah ada dari beribu tahun yang lalu. 

Sementara itu, ketika sungai dianggap sebagai sumber bencana berarti ada sesuatu yang salah. Jika ingin membangun sesuatu di sekitar sungai, maka perlu dimulai dengan membangun ekosistem yang saling mendukung. Hal ini terutama untuk kebutuhan manusia, tumbuhan, hewan, dan sungai itu sendiri.

Selain itu, dia juga turut menyinggung terkait bagaimana pandangan DMC Dompet Dhuafa mengenai apa pentingnya kolaborasi terutama di DAS Ciliwung. Di DMC Dompet Dhuafa, kata dia, kolaborasi itu harga mati. 

Dalam konteks membangun masyarakat, DMC Dompet Dhuafa tidak mungkin menjalankan tugasnya sendiri. Pihaknya membutuhkan tiap sumbangan, sumbangsih dan uluran tangan dari siapapun untuk membawa peradaban sungai itu sendiri. Sebab itu, dia sangat senang apabila teman-teman private sektor ikut berkontribusi merestorasi sungai Ciliwung. 

Menurut dia, pembangunan ekonomi tentu membutuhkan ekosistem lingkungan yang aman dan nyaman. Maka, peran sektor swasta bersama pemerintah menjadi sentral untuk saling kolaborasi dengan masyarakat dalam menumbuhkan kewaspadaan terhadap resiko bencana. 

Arif mengaku sempat mengundang mereka di momentum-momentum tertentu seperti tarhib ramadhan, hari relawan, dan hari sungai untuk menyusuri sungai, bersih-bersih sungai Ciliwung. "Tujuan kami adalah mengembalikan peradaban Ciliwung agar antar manusia, sungai, tumbuhan, hewan, dan alam bisa menjadi ekosistem yang saling mendukung untuk mengurangi risiko bencana,” jelas Arif.

Sementara itu, Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Pangarso Suryotomo mengatakan, sungai menjadi urat nadi peradaban selama ribuan tahun. Oleh karena itu, upaya mereduksi dampak kerusakan DAS wajib menjadi tanggung jawab seluruh pihak dan keniscayaan. "Melalui kegiatan ini, kita akan mengadvokasi hak-hak sungai dengan mengembalikan fungsinya sebagai sumber peradaban masyarakat,” kata dia menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement