REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dengan sumber daya alam dan kekayaan bumi yang beragam ternyata tidak menjadikan negara ini bebas dari masalah kurang gizi. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menjelaskan, pada 2019, jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai 29,67 persen.
Angka itu lebih tinggi dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen. Hasto menyebut, sekitar sembilan juta balita di Indonesia saat ini mengalami stunting. Hal itu berarti, satu dari tiga bayi yang dilahirkan terdiagnosis stunting.
Berdasarkan catatan BKKBN, permasalahan terbesar dalam pengentasan stunting adalah masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya stunting itu sendiri," kata Hasto saat mengunjungi Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Kondisi stunting diprediksi semakin memburuk seiring terjadinya pandemi Covid-19. Pandemi menyebabkan perekonomian Indonesia memburuk dan berdampak negatif pada kemampuan perekonomian rumah tangga. Jika dibiarkan, kata Hasto, berdampak langsung kepada kemampuan memberi asupan nutrisi dalam tumbuh kembang anak.
Padahal, stunting terbukti menurunkan kemampuan intelektual anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Hasto menyebut, stunting bahkan membuat anak tidak mampu tumbuh tinggi optimal dan mudah terkena penyakit seperti central obesity atau gemuk di bagian tengah tubuh, dan penyakit metabolik lainnya.
Hasto pun menyentil perilaku masyarakat yang juga masih mengabaikan gizi yang seimbang dan kebersihan. Faktor lainnya, pernikahan muda dan kehamilan yang tidak dipersiapkan dengan baik turut menjadi faktor yang mempengaruhi, dan perlu untuk segera ditangani.
"Terdapat juga kasus 4 Terlalu (hamil terlalu di usia terlalu muda, hamil di usia terlalu tua, hamil terlalu sering, hamil terlalu banyak) dalam kehamilan dan kelahiran, berkontribusi menjadi penyebab anak terkena stunting," kata mantan bupati Kulon Progo tersebut dalam siaran pers di Jakarta, Senin (22/5/2023).
Menurut Hasto, stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan calon ibu dan janin serta memastikan anak mendapat asupan gizi seimbang di 1.000 hari pertama kehidupannya. Salah satu kunci utama dalam mencegah stunting adalah dengan memperbanyak konsumsi protein hewani.
Hasto menjelaskan, keunggulan protein hewani adalah memiliki komposisi asam amino esensial lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Selain itu, protein hewani juga kaya akan mikronutrien seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan zinc. Sayangnya, pangan sumber protein hewani belum menjadi prioritas belanja rumah tangga.
Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA) berkomitmen untuk terus mendukung program pemerintah dalam menangani stunting. Ketua Umum APPNIA, Vera Galuh Sugijanto menyampaikan, dari sisi industri, sudah dilakukan berbagai dukungan dalam bentuk ketersediaan layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas.
"Visi dan misi APPNIA sendiri adalah untuk membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Caranya melalui layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah, termasuk program penurunan prevalensi stunting," kata Vera.