REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo meminta masyarakat untuk mencari alternatif lain jika lantaran harga telur terus melambung.
"Bisa mengalihkan ke konsumsi protein lain seperti ikan laut, ikan air tawar. Kalau masyarakat saya yakin bisa diarahkan ke konsumsi cerdas," kata Kadisdag Solo Heru Sunardi, Rabu (24/5/2023).
Selain itu, Heru mengungkapkan bahwa peralihan konsumsi ke protein tersebut juga bisa mengurangi kelangkaan telur akibat panic buying.
"Kalau bahasa perdagangan, belanja cerdas. Kalau telur mahal, belanja protein lain supaya tidak terjadi kelangkaan telur. Tidak terjadi panic buying," katanya.
Sebelumnya, Heru juga mengungkapkan setelah kunjungannya di sejumlah pasar tradisional harga telur dipengaruhi oleh tiga faktor. Diantaranya harga pakan yang tinggi hingga naiknya harga bibit. Namun, menurutnya dampak yang paling signifikan adalah kenaikan harga pakan dan bibit.
"Kemarin kami melakukan kunjungan di pasar juga di peternak kenaikan telur itu diakibatkan naiknya harga pakan, kedua naiknya harga bibit ayam petelur, ketiga ya samar samar aktivitas orang punya kerja habis puasa kan banyak, jadi ada dampaknya," katanya.
Heru juga mengungkapkan setelah kunjungannya di sejumlah pasar tradisional harga telur dipengaruhi oleh tiga faktor. Diantaranya harga pakan yang tinggi hingga naiknya harga bibit. Namun, menurutnya dampak yang paling signifikan adalah kenaikan harga pakan dan bibit.
"Kemarin kami melakukan kunjungan di pasar juga di peternak kenaikan telur itu diakibatkan naiknya harga pakan, kedua naiknya harga bibit ayam petelur, ketiga ya samar samar aktivitas orang punya kerja habis puasakan banyak, jadi ada dampaknya," katanya.
"Yang pengaruh besar itu adalah di pakan dan bibit," tambahnya.
Kendati demikian, Heru mengungkapkan bahwa secara pasokan telur masih aman kendati harganya melambung. "Pasukannya lancar, ayam petelurnya itu masih, produktivitasnya masih, ya cuma pakannya naik peternak menaikkan untuk menutup selisih biaya," katanya.