REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Republik Islam Iran Seyyed Ebrahim Raisi berkunjung ke Indonesia. Salah satu agendanya, ia berkunjung ke Islamic Cultural Centre (ICC) Jakarta untuk menyapa masyarakat Indonesia.
Dalam pidatonya di ICC Jakarta, Raisi menyampaikan, salah satu tujuan dari lembaga seperti ICC atau masjid-masjid adalah untuk beribadah kepada Allah dan mendekatkan diri kepada Allah, ini adalah salah satu tujuan semuanya hadir di tempat ini. Kehadiran semuanya di ICC dan masjid-masjid untuk merawat persatuan di antara umat Islam.
"Kedatangan kita di tempat seperti ini supaya kita satu sama lain saling mengetahui kondisi kita, sehingga kalau ada sudara kita yang memerlukan bantuan dan pertolongan kita, kita harus mengulurkan bantuan kepadanya," kata Raisi di ICC Jakarta, Selasa (23/5/2023).
Raisi mengatakan, umat Islam harus tahu apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh saudaranya sesama Muslim lainnya. Sehingga dapat mengulurkan bantuan kepada saudara-saudara lainnya.
Ia menegaskan, umat Islam harus memiliki kepedulian terhadap saudara-saudara yang mengalami penindasan dan kezaliman di belahan dunia Islam. Hal ini juga yang digaungkan oleh Imam Khomeini ketika mengusung revolusi Islam Iran dan membawa kemerdekaan bagi revolusi Islam Iran.
"Imam Khomeini menyerukan persoalan utama yang dihadapi umat Islam adalah ketertindasan bangsa Palestina, oleh karena itu kita harus berjuang memikirkan dan membantu saudara-saudara kita yang tertindas di Palestina," ujar Raisi.
Raisi menambahkan, hal tersebut merupakan salah satu kebijakan Republik Islam Iran dan telah dicantumkan di dalam konstitusi Republik Islam Iran. Orang yang tertindas, apakah mereka di Palestina, Yaman, Myanmar atau negara-negara lainnya. Umat Islam harus memikirkan dan memiliki rasa tanggung jawab untuk membebaskan mereka dari penindasan dan ketertindasan.
"Pemimpin revolusi Islam berulang kali mengingatkan bahwa berbagai macam cara tipu daya musuh-musuh Islam lakukan untuk mengatasi atau menundukkan umat Islam," ujar Raisi.
Raisi mengatakan, musuh-musuh Islam suatu waktu membentuk kelompok yang menguasai media, mereka memutarbalikkan fakta-fakta yang ada di dunia. Suatu waktu, musuh Islam melakukan penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Suatu waktu, musuh Islam juga menghidupkan kelompok ekstrem di dalam umat Islam. Sehingga umat Islam disibukkan dengan dirinya masing-masing, tidak memikirkan bagaimana membangun peradaban di muka bumi dan tidak bersatu padu untuk melawan segala bentuk macam penindasan.
"Inilah yang mereka (musuh Islam) inginkan dan kita harus waspada dengan berbagai macam tipu daya musuh-musuh Islam," kata Raisi.