Ahad 28 May 2023 19:05 WIB

Jadilah Orang yang Alim, dan Jangan Menjadi .

Jangan menjadi orang bodih serta membenci ilmu pengetahuan.

Rep: Rumah Berkah/ Red: Partner
.
.

Ustzh. Hj. Ruwaitoh
Ustzh. Hj. Ruwaitoh

“Jadilah Orang yang Alim, dan Jangan Menjadi .”

DEPOK—Umat Islam didorong harus menjadi umat yang cerdas dan pandai. Karena, dengan kepandaian dan kecerdasan akan membuat umat makin maju. Itulah materi umum yang disampaikan Ustzh Hj. Ruwaitoh, muballighah asal Parung Bingung, Depok, saat memberikan tausiyah pada acara pengajian rutin yang diselenggarakan Muslimat NU Pancoran Mas, Depok, di Musholla An-Najah, Rangkapan Jaya Baru, Sabtu (27/5).

Ustzh. Hj. Ruwaitoh menyampaikan salah satu hadis Nabi Muhammad Shallallahu “alayhi Wa sallam (SAW) yang berbunyi: “Kun ‘aliman, aw muta’alliman, aw mustami’an, aw muhibban; Wa la takun khamisan!” Yang artinya: “Jadilah orang yang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mendengarkan (orang alim yang menjelaskan ilmunya), atau orang yang mencintai (ilmu); Janganlah menjadi orang kelima!

Orang yang kelima itu, kata Ustzh Ruwaitoh adalah orang yang benci mendengar pengajian atau tausiyah. Istilah lainnya adalah ghadhiban (pembangkang/pemarah).

Yang pertama, kata Ustzh. Ruwaitoh, kun ‘aliman, maksudnya adalah agar orang muslim itu menjadi orang yang berilmu. Orang berilmu, itu kata dia, adalah orang yang mengetahui dan memahami secara mendalam subjek keilmuan tertentu. “Alim itu tidak selalu harus menguasai ilmu agama, tetapi alim (orang berilmu) bisa disamakan dengan istilah intelektual,” ungkapnya.

Dengan demikian, jelasnya, seorang alim atau intelektual berarti orang yang menguasai ilmu pada area tertentu. Karena pemahaman dan kemampuannya itu, dia secara moral dan profesional berhak, bahkan dalam beberapa hal, wajib untuk mendidik dan menjabarkan ilmunya kepada khalayak.

Kemudian yang kedua, adalah muta’alliman (jadilah penuntut ilmu, pelajar, santri). “Bila kita tidak mampu menjadi orang yang alim, maka hendaklah menjadi penuntut ilmu, santri, pelajar, dan terus belajar,” kata dia.

Baca Juga:

Mbah Hasyim Asy'ari Menegur Menantunya yang Pakar Ilmu Falak

Keutamaan Khotmil Qur'an

Inikah Alasan Kenapa Allah Menamakan Dirinya dengan Allah?

Ia mencontohkan, menuntut ilmu sebagaimana disabdakan Rasul SAW merupakan kewajiban setiap pribadi muslim dan harus terus dilakukan sejak lahir hingga akhir hayatnya. “Jadi jangan merasa sudah tua, lalu enggan belajar. Kita semua harus terus belajar, belajar, dan belajar,” ajaknya.


Yang ketiga, lanjutnya, mustami’an (jadilah orang yang mau mendengarkan penjelasan dari orang alim yang menjelaskan ilmunya). “Jika kita sibuk, tidak bisa terus menyimak dengan baik penjelasan guru, maka jadilah pendengar yang baik,” ujar Ustzh. Ruwaitoh.

Kemudian yang keempat, muhibban, yakni menjadi orang yang cinta akan ilmu. “Tidak bisa menjadi orang alim, tidak bisa menjadi santri, juga tidak sempat menyimak atau mendengarkan, maka jadilah orang yang keempat, yakni cinta akan ilmu, cinta para ulama,” paparnya.

Dan keempat hal di atas, sangat dicintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam (SAW). “Empat hal itu dicintai Rasulullah, dan jangan jadi yang kelima, yakni ghadhiban (pembenci).”

Apa yang dimaksud dengan pembenci? “Ada pengajian tidak suka, kepala pusing, bahkan ikut membenci kyai, ulama, habib, atau muballigh. Bila sikapnya seperti itu, maka itulah yang disampaikan Rasulullah, jangan jadi yang kelima, yakni pembenci,” kata Ustzh Ruwaitoh.

“Tipe orang kelima adalah orang bodoh, tapi tidak mau menuntut ilmu, tidak mau mendengarkan orang yang berilmu, tidak memiliki kecintaan terhadap ilmu, tapi menganggap diri sebagai orang alim. Bahaya dari manusia tipe kelima ini adalah daya rusaknya ke masyarakat.” (RB)

Baca Juga:

Mbah Hasyim Asy'ari Menegur Menantunya yang Pakar Ilmu Falak

Keutamaan Khotmil Qur'an

Inikah Alasan Kenapa Allah Menamakan Dirinya dengan Allah?

sumber : https://rumahberkah.republika.co.id/posts/219004/-jadilah-orang-yang-alim-dan-jangan-menjadi-
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement