Senin 29 May 2023 22:44 WIB

Ahli: Botoks Bisa Tembus Sel Otak, Sebabkan Kelumpuhan Hingga Kematian

Botulinum yang digunakan dalam botoks adalah zat yang sangat beracun.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita sedang melakukan botoks (ilustrasi). Suntikan obat botoks yang sebagian besar digunakan untuk mengencangkan kulit dan mengurangi keriput, dapat menembus sel-sel otak, yang menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.
Foto: safebee
Wanita sedang melakukan botoks (ilustrasi). Suntikan obat botoks yang sebagian besar digunakan untuk mengencangkan kulit dan mengurangi keriput, dapat menembus sel-sel otak, yang menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan telah menguraikan bagaimana suntikan obat botoks yang sebagian besar digunakan untuk mengencangkan kulit dan mengurangi keriput, dapat menembus sel-sel otak, yang menyebabkan kelumpuhan atau bahkan kematian. Obat suntik botoks pada awalnya dikembangkan untuk mengobati pasien dengan kondisi mata juling, nyeri kronis, dan spastisitas.

Namun saat ini, botoks secara teratur digunakan dalam operasi plastik dan umumnya dikenal sebagai perawatan kosmetik untuk mengencangkan kerutan. Peneliti mencatat, racun botulinum yang digunakan dalam botoks adalah zat yang sangat beracun yang diproduksi oleh bakteri Clostridium Botulinum. Racun ini mengganggu komunikasi antar neuron, yang menyebabkan kelumpuhan otot.

Baca Juga

Meskipun dalam dosis kecil, dosis terapi ini dapat meringankan kejang otot, mengobati migrain atau, mengurangi keriput, dosis tinggi dapat menyebabkan botulisme-penyakit yang berpotensi fatal dengan sedikit perawatan. Para peneliti dari The University of Queensland (UQ) menemukan mekanisme molekuler spesifik yang digunakan untuk memasukkan racun botulinum tipe-A yang sangat mematikan ke dalam neuron.

“Kami menggunakan mikroskop resolusi super untuk menunjukkan bahwa reseptor yang disebut Synaptotagmin 1 berikatan dengan dua reseptor Clostridial Neurotoxin lainnya yang telah diketahui bisa membentuk kompleks kecil yang berada di membran plasma neuron," kata Profesor Frederic Meunier dari Queensland Brain Institute UQ.

“Racun membajak kompleks ini dan memasuki vesikel sinaptik yang menyimpan neurotransmiter yang penting untuk komunikasi antar neuron. Botoks kemudian mengganggu komunikasi antara saraf dan sel otot, menyebabkan kelumpuhan,” jelas Meunier seperti dilansir The Siasat Daily, Senin (29/5/2023).

Penelitian yang diterbitkan dalam The EMBO Journal ini dapat membantu memblokir interaksi antara dua dari tiga reseptor untuk menghentikan racun mematikan agar tidak masuk ke dalam neuron. Dr Merja Joensuu dari Queensland Brain Institute mengatakan bahwa cara kerja neurotoksin untuk mengendurkan otot sebelumnya sulit untuk dilacak.

"Neurotoksin clostridial adalah salah satu racun protein paling kuat yang diketahui manusia. Kami sekarang memiliki gambaran lengkap tentang bagaimana racun ini diinternalisasi untuk meracuni neuron pada konsentrasi yang relevan secara terapeutik," kata Joensuu.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement