Rabu 31 May 2023 06:45 WIB

Harga Minyak Jatuh Terseret Ketidakpastian Atas OPEC+

Pedagang bertaruh OPEC+ tidak akan memberikan dukungan tambahan ke pasar minyak.

Instalasi minyak di kilang Dangote saat upacara pembukaan di Lagos, Nigeria, Senin, 22 Mei 2023. Harga minyak mentah berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Selasa (30/5/2023).
Foto: AP Photo/Sunday Alamba
Instalasi minyak di kilang Dangote saat upacara pembukaan di Lagos, Nigeria, Senin, 22 Mei 2023. Harga minyak mentah berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Selasa (30/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah berjangka turun tajam pada akhir perdagangan Selasa (30/5/2023), di tengah ketidakpastian atas pertemuan mendatang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+). Selain itu, harga minyak terseret nasib kesepakatan plafon utang AS di Kongres.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli merosot 3,21 dolar AS atau 4,42 persen, menjadi menetap di 69,46 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli tergelincir 3,41 dolar AS atau 4,43 persen, menjadi ditutup pada 73,54 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga

Meskipun Gedung Putih dan Partai Republik telah mencapai kesepakatan tentang plafon utang AS, penentangan beberapa anggota parlemen terhadapnya menambah ketidakpastian tentang hasilnya. Beberapa anggota parlemen sayap kanan Republik mengatakan mereka mungkin menentang kesepakatan untuk menaikkan plafon utang AS, pengguna minyak terbesar di dunia. 

Presiden Demokrat Joe Biden dan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy tetap optimistis kesepakatan itu akan disahkan. Biden dan McCarthy membuat kesepakatan selama akhir pekan yang harus melewati Kongres AS yang terpecah sebelum 5 Juni, hari dimana Departemen Keuangan mengatakan negara tersebut tidak akan dapat memenuhi kewajiban keuangannya, yang dapat mengganggu pasar keuangan.

McCarthy pada Selasa (30/5/2023) mendesak anggota partainya untuk mendukung kesepakatan itu. "Kegembiraan atas kesepakatan pagu utang pada prinsipnya mengurangi perdagangan minyak karena ada beberapa keraguan bahwa itu akan mendapatkan suara yang dibutuhkan," kata Phil Flynn, analis senior di The Price Futures Group.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement