Jumat 02 Jun 2023 18:44 WIB

Kementan Optimistis Bisa Akhiri Ketergantungan Impor Kedelai

Mentan lakukan tanam kedelai sebagai upaya akhiri ketergantungan impor kedelai.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan tanam kedelai di Pekon Banjar Masin Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus, Lampung, Jumat (2/6/2023).
Foto: Dok. Kementan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan tanam kedelai di Pekon Banjar Masin Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus, Lampung, Jumat (2/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGGAMUS -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan tanam kedelai di Pekon Banjar Masin Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus, Lampung, Jumat (2/6/2023). Selain Mentan, hadir juga Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, Gubernur Lampung, Arinal, dan Ketua Komisi IV DPR RI, Sudin. Tanam kedelai yang dilakukan menurut Mentan SYL merupakan upaya bersama untuk mengakhiri ketergantungan impor kedelai.

"Hari ini adalah tekad Pak Gubernur dengan kita semua, bahwa impor ini secara bertahap bersama Pak Mendag untuk menggairahkan kembali produksi kedelai kita," kata Mentan.

Baca Juga

Selama ini kebutuhan kedelai dipenuhi dari luar negeri karena harus diakui harga kedelai impor lebih murah. "Petani lebih memilih menanam jagung karena per hektar jagung menghasilkan 5, 6 sampai 7 ton, kalau kedelai, 2 sampai 2,5 ton per hektar. Namun apa pun alasannya ketergantungan itu tidak boleh dilakukan terus menerus," ujarnya.

photo
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan tanam kedelai di Pekon Banjar Masin Kecamatan Bulok Kabupaten Tanggamus, Lampung, Jumat (2/6/2023). - (Dok. Kementan)

Sementara itu, Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi menyampaikan bahwa provinsi Lampung selama ini menyumbang 5 ribu ton kedelai dari total produksi kedelai nasional. "Lampung sebagai lokomotif pertanian, ini saya menginisiasi kedelai ini bisa menjadi unit percontohan yang nantinya bisa bersama-sama , IPB, Unila, Kementan dan Kemendag. Harapannya,kalau 10 provinsi bisa memperoduksi dengan nilai yang sama, maka selesai kedelai ini," kata Arinal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement