REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi ancaman di hutan Gunung Ciremai pada musim kemarau. Untuk itu, BPBD Kabupaten Kuningan telah melakukan upaya antisipasi untuk mencegah bencana tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kuningan, Indra Bayu Permana, menerangkan, langkah antisipasi yang sudah dilakukan itu di antaranya melalui koordinasi dan bersinergi dengan TNI, Polri, BTNGC, Perhutani, relawan maupun pemadam kebakaran.
Tak hanya sebagai upaya pencegahan, koordinasi itu juga dilakukan untuk langkah penanggulangan jika terjadi karhutla. Termasuk melakukan patroli terpadu di daerah rawan kebakaran hutan dan lahan.
Indra menambahkan, pihaknya juga melakukan pemeliharaan sekat bakar yang sebelumnya sudah ada. Sekat bakar berperan penting untuk melokalisir dan mempercepat pemadaman api.
Tak hanya itu, langkah lainnya adalah menggelar apel gabungan kesiapsiagaan antisipasi bencana alam kekeringan dan karhutla. Apel tersebut rencananya akan dilaksanakan pertengahan Juni mendatang.
Indra menambahkan, pihaknya juga telah melakukan pengecekan dan inventarisi sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang ada. Sosialisasi kepada masyarakat untuk turut serta mencegah kebakaran juga telah dilakukan melalui surat edaran.
"Kami juga sedang merancang pembentukan satgas dalkarhutla (pengendalian kebakaran hutan dan lahan) di Kabupaten Kuningan," terang Indra, Selasa (6/6/2023).
Indra menambahkan, pihaknya juga telah memetakan daerah rawan kebakaran di kawasan hutan Gunung Ciremai.
"Hutan gunung Ciremai memang sangat rawan kebakaran saat musim kemarau panjang," katanya.
Seperti diketahui, luas kawasan hutan Gunung Ciremai mencapai 51.281 hektare, yang pengelolaannya dibagi empat. Yakni, BTNGC seluas 8.793 hektare, Perhutani 25.644 hektare, HGU PT Geger Halang seluas 44 hektare dan hutan rakyat 16.798 hektare.