REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, menjelaskan Pertamina pada 2022 membukukan laba bersih sebesar Rp 56,6 triliun. Capaian ini naik melesat dibandingkan realisasi tahun 2021 sebesar Rp 29,3 triliun.
"Capaian ini bukan capaian windfall semata dan sebagainya. Ayo kita lihat data," kata Nicke di Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Nicke menjelaskan, ada yang menyatakan laba Pertamina ini karena imbas ICP atau kurs semata. Ia menyebut, ini adalah kinerja terbaik dari tahun ke tahun.
"Kalau dikatakan kurs tinggi kita pernah mengalami kurs tinggi beberapa tahun, ICP pernah di atas 100 dolar AS per barel, tapi capaian enggak demikian," ujar Nicke.
Pertamina juga melakukan mitigasi untuk menghadapi tantangan ekonomi global pada tahun ini. Upaya ini dilakukan untuk bisa menjaga kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini.
Direktur Keuangan Pertamina Ema Srimartini menjelaskan, tahun ini tantangan pelemahan rupiah, fluktuasi harga komoditas masih perlu diwaspadai. Hal ini bisa dimitigasi dengan langkah optimalisasi belanja perusahaan dan digitalisasi di segala lini sehingga perusahaan tetap efisien.
"Melihat geopolitik, pergerakan kurs, harga minyak dunia, ini tantangan kami pada tahun ini. Begitu banyak variabel eksternal yang perlu kita mitigasi dengan melakukan optimasisasi dan efisiensi lewat digitalisasi," ujar Ema.
Ema berharap, dengan upaya ini bisa menjaga kinerja keuangan perusahaan yang sudah baik pada tahun ini. "Ini memang fifty fifty faktor penentu kinerja keuangan. Namun, kita tetap harus melakukan berbagai langkah untuk menjaga kinerja keuangan tetap baik. Minimal sama seperti tahun ini, tapi kami tetap berusaha untuk bisa lebih baik," ujar Ema.