REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan mufti Mesir, Syekh Ali Jum'ah menyampaikan penjelasan soal apakah malaikat pencatat perbuatan buruk langsung mencatat perbuatan dosa yang dilakukan oleh seorang Muslim.
Dia memulai pemaparannya dengan menyampaikan ada sejumlah tugas malaikat. Salah satunya ialah mencatat amal perbuatan manusia. Malaikat yang mencatat amal perbuatan ini pun terbagi menjadi dua, yakni malaikat pencatat perbuatan baik (Raqib) dan perbuatan buruk (Atid).
Syekh Jum'ah, yang juga anggota Dewan Ulama Al-Azhar Kairo Mesir itu mengatakan di sebelah kanan setiap Muslim, ada malaikat yang mencatat amal kebaikan. Adapun di kiri, ada malaikat yang mencatat perbuatan buruk.
Ketika seseorang melakukan amal kebaikan, maka malaikat pencatat kebaikan segera mencatatnya. Adapun jika seseorang berbuat maksiat atau keburukan, malaikat tidak langsung mencatatnya.
Syekh Jum'ah menyebutkan ada jeda waktu yang ditunggu oleh malaikat pencatat keburukan sebelum mencatat keburukan seseorang. Malaikat tersebut menunggu hingga waktu enam jam, baru kemudian mencatatnya.
"Malaikat pencatat perbuatan buruk tidak langsung mencatat, tetapi menunggu enam jam untuk kemudian mencatatnya. Kita memang tidak melihat itu, tetapi Nabi Muhammad SAW melihatnya," ungkapnya, seperti dilansir Elbalad.
Mengapa demikian? Syekh Jum'ah mengatakan, karena setiap Muslim diberi kesempatan untuk bertaubat selama enam jam itu. Jika setelah enam jam Muslim tersebut bertaubat, malaikat tidak jadi mencatat perbuatan buruknya. Namun jika tidak bertaubat, maka malaikat mencatat perbuatan buruk itu.
Syekh Jum'ah mengungkapkan, sungguh itu adalah kemurahan Allah SWT yang diberikan kepada para hamba-Nya. Waktu enam jam ini menjadi kesempatan bagi setiap Muslim untuk bertaubat kepada Allah SWT.
"Untuk itu, berwudhulah, sholat dua rokaat (sholat taubat), dan bersedekah," kata dia.
Perbuatan buruk, lanjut Syekh Jum'ah, adalah ketika perbuatan itu dicatat oleh malaikat. Kemudian pada setiap Senin dan Kamis, berbagai perbuatan buruk itu dikonfirmasi, dan ini menjadi tanda terangkatnya amal perbuatan.
Adapun bulan Sya'ban merupakan bulan di mana segala perbuatan baik dan buruk selama satu tahun dikonfirmasi. Karena itu, bila selama satu tahun itu seorang hamba mengerjakan banyak amal shaleh, perbuatan-perbuatan buruk atau dosa-dosanya dapat terhapuskan.