REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jelang Pemilu 2024, edukasi tertib dan santun bermedia sosial perlu digencarkan seiring dengan tingginya penggunaan internet. Sebab, data menunjukkan akses internet masyarakat Indonesia rata-rata 8,52 jam per hari, tiga jam di antaranya dihabiskan bermedia sosial.
Analis Kebijakan Ahli Madya Ayu Dewita yang mewakili Asisten Deputi Revolusi Mental Kementerian Koordinator Bidang Manusia dan Kebudayaan menilai perlunya literasi untuk mencegah potensi gesekan akibat disinformasi.
"Ibarat pedang bermata dua, media sosial bisa digunakan untuk hal produktif tapi sekaligus memiliki potensi negatif menghasilkan hoaks, penipuan, ujaran kebencian, perpecahan, diskriminasi dan mereduksi nilai karakter bangsa," kata Ayu dikutip dari website Kemenko PMK, Senin (12/6/2023).
Ayu menilai perlunya upaya untuk mengatasi pptensi negatif itu. Salah satunya dengan memperbanyak gerakan dan upaya kreatif dan inovatif di media sosial dengan melibatkan berbagai unsur masayarakat.
Salah satunya, menyertakan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM), khususnya kepada generasi muda yang mendominasi penggunaan internet.
"Sebagai gerakan kolaboratif antara pemerintah dan berbagai unsur masyarakat, GNRM adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai strategis kebangsaan, Integritas, Etos Kerja, Gotong Royong," ujar Ayu.
Menurut dia, nilai-nilai tersebut juga harus tercermin dari perubahan perilaku yang lebih baik dalam berbagai bidang, seperti pelayanan publik, kebersihan lingkungan, ketertiban umum, kemandirian, dan kebersatuan bangsa.
"Edukasi menggunakan pendekatan soft approach seperti konten medsos, film, musik, komik, animasi, olahraga dan sebagainya dengan tema persatuan, toleransi, menghargai perbedaan, anti korupsi, budaya antri dan sebagainya. Dengan pembiasaan itu, diharapkan terjadi perubahan di ruang publik yang semakin besar," ujarnya,