REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melempar wacana mengajak partai-partai nasionalis untuk mematahkan dominasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Depok lewat pengusungan Kaesang Pangarep sebagai bakal calon wali kota Depok. Namun, wacana PSI itu dinilai PDIP problematis karena terkesan mengkotak-kotakkan dukungan.
"Itu teman-teman PSI harus memahami, perlu lebih banyak diskusi, jangan seolah partai yang bernapas agama tidak bisa nasionalis dan sebaliknya," kata Sekretaris DPC PDIP Depok, Ikrawany Hilman, Selasa (13/6/2023).
Buktinya, ia menerangkan, di tingkat nasional saja PDIP dan PPP sekarang berkoalisi untuk mengusung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Ikra menilai, yang jadi fokus sebenarnya kekuasaan di Depok yang sudah empat periode.
Oleh karena itu, ia berpendapat, yang lebih pantas mengusung tatanan progresif yang pro-perubahan untuk menghentikan dominasi konservatif yang ingin pertahankan kekuasaan. Jadi, bisa mengajak seluruh kelompok progresif.
Artinya, semangat itu dibangun dalam mengajak seluruh kelompok-kelompok yang progresif. Yang mana, ingin perubahan di Depok untuk bersatu baik itu kelompok nasionalis, kelompok agamis dan kelompok-kelompok manapun.
"Jadi, tidak usah dikotak-kotak, kalau Kaesang memang ada kesempatan jadi Wali Kota Depok dan dia bersedia, dia harus jadi simbol perubahan, simbol progresif di Kota Depok, sehingga spektrumnya jauh lebih luas," ujar Ikra.
Ikra melihat, spektrum yang membagi-bagi kelompok nasionalis, agamis atau abangan itu merupakan model lama. Ia melihat, hari ini spektrum yang digunakan seharusnya sudah kekinian tanpa mengkotak-kotakkan.
Menurut Ikra, hari ini partai agamis bisa bersifat nasionalis, partai nasionalis sekalipun bisa bersifat agamis. PKB, misal, walaupun ada akar NU tapi memiliki semangat kebangsaan yang sama dengan PDI Perjuangan.
PDIP sendiri sekarang masih fokus ke pileg dan pilpres dulu karena harus mempertahankan perolehan suara 20 persen atau lebih. Jika itu tercapai, Ikra menekankan, untuk mendukung Kaesang di Depok tentu lebih mudah.
"Kita bisa memajukan sendiri kalaupun tidak ada yang mau koalisi, walaupun niat kami tidak begitu, tetap kita membuka diri kepada semua kalangan, merangkul semua karena kota ini tidak bisa dibangun sendirian," kata Ikra.