Rabu 14 Jun 2023 16:29 WIB
Lentera

Terus Belajar dan Kembangkan Potensi Diri

Kemajuan teknologi menjadikan adanya tuntutan agar terus mampu memiliki daya saing.

Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta
Foto: amikom
Prof Ema Utami dari Universitas Amikom Yogyakarta

Oleh : Prof Ema Utami*

REPUBLIKA.CO.ID, Periode pendaftaran masuk Perguruan Tinggi (PT) tahun 2023 sudah dimulai beberapa bulan yang lalu. PT baik swasta maupun negeri dengan berbagai jalur penerimaan mahasiswa baru telah memulai untuk melakukan proses seleksi.

Selain kuliah di dalam negeri, pilihan untuk melanjutkan studi di luar negeri semakin banyak menjadi pilihan. Pesatnya kemajuan teknologi, semakin mempermudah mendapatkan informasi berbagai kampus yang bisa menjadi pilihan untuk melanjutkan studi. Kesesuaian minat calon mahasiswa dengan program studi yang ditawarkan oleh Universitas merupakan variabel yang pada umumnya menjadi prioritas dalam studi lanjut. Namun demikian biaya studi di luar negeri, khususnya untuk keperluan hidup seperti akomodasi dan keperluan sehari-hari merupakan variabel yang sangat menjadi pertimbangan. 

Beasiswa yang disediakan oleh berbagai pihak merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk bisa mendapatkan PT yang diinginkan, khususnya di luar negeri. Tawaran beasiswa pada saat ini sudah sangat beragam, baik penyandang dana dari pihak personal, organisasi nirlaba,  swasta, maupun pemerintah.

Tentu saja untuk bisa mendapatkan beasiswa yang ditawarkan harus memenuhi syarat dan ketentuan dari pihak penyelenggara, sehingga adanya proses administrasi dan seleksi dipastikan harus diikuti. Setiap penyelenggara beasiswa tentu bisa memiliki persyaratan, proses, dan metode yang berbeda baik dalam seleksi administrasi, tes tertulis, maupun wawancara. 

Dari pengalaman saat mengikuti proses Najwa Rashika Az-Zahra Raharema hingga mendapatkan beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Rusia di tahun 2022 yang lalu, dan Naufal Rasendriya Apta Raharema yang pada hari Kamis (8/6/2023) lalu dinyatakan lolos seleksi Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP untuk program Magister Luar Negeri, telah memberikan banyak pengetahuan baru bagi saya.

Pengalaman pribadi saat studi S2 berusaha mendapatkan beasiswa pada tahun 2000 yang lalu tentu sudah memiliki banyak perbedaan dengan apa yang dilakukan oleh anak-anak saya saat ini. Salah satu perbedaan utama adalah penggunaan berbagai kemajuan teknologi dalam prosesnya. Sebagai contoh dari kedua anak saya tersebut masing-masing telah memiliki referensi universitas yang dituju setelah melakukan pencarian dan pemilihan program studi menggunakan internet.

Pencarian program studi yang menawarkan kurikulum sesuai dengan minat, mendapatkan informasi terkait persyaratan dan lain sebagainya semakin dipermudah dengan adanya kemajuan teknologi. Berbagai persiapan studi bisa disusun lebih baik dan terencana dengan banyaknya informasi yang didapatkan.

Seperti yang dilakukan oleh Naufal yang memilih Ghent University sebagai tujuan lanjut program magisternya. Naufal yang lulus S1 dari program IUP Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada pada tahun 2021 yang lalu memang sudah memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di salah satu universitas di Belgia tersebut. Pencarian tawaran beasiswa dan persyaratan telah direncanakan setelah lulus S1 untuk bisa mendapatkan beasiswa untuk studi lanjutnya.

Tidak dimungkiri bahwa kemajuan teknologi selain banyak memberikan manfaat seperti kemudahan untuk mendapat informasi, di sisi lain juga  menjadikan adanya tuntutan agar terus mampu memiliki daya saing. Seperti yang disampaikan oleh Naufal bahwa yang diterima pada beasiswa LPDP tahap pertama tahun 2023 ini sebanyak 3.971 dari 15.797 pendaftar, atau kurang lebih sekitar 25 persen.

Hal tersebut tentu menunjukkan bahwa minat untuk melanjutkan studi lanjut dengan beasiswa cukup besar. Namun demikian jumlah tersebut tentu masih kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Menurut beberapa sumber, data penduduk Indonesia pada bulan Juni 2022 yang telah menyelesaikan S1 sebanyak 4,39 persen, yang telah menyelesaikan S2 sebanyak 0,31 persen dan yang telah menyelesaikan S3 sebanyak 0,02 persen dari jumlah penduduk di Indonesia.

Dengan demikian masih diperlukan banyak usaha dan upaya untuk bisa terus menaikkan jumlah penduduk yang bisa mengenyam pendidikan tinggi di negara tercinta kita ini. Terus belajar dan mengembangkan potensi diri di era kemajuan teknologi yang tidak pernah berhenti ini menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa dielakkan.

Surat Al Baqarah ayat 33 bisa menjadi pengingat bahwa belajar merupakan fitrah yang ada dalam diri setiap Bani Adam, "Dia (Allah) berfirman, "Wahai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!" Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-namanya, Dia berfirman, "Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?" Wallahu a’lam. 

*Wakil Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Amikom Yogyakarta

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement