Kamis 29 Jun 2023 09:51 WIB

Pelestarian Penyu yang Hampir Punah di Pantai Sambas, Relawan Srikandi Rangkul Milenial

Ribuan tukik atau bayi penyu hijau dilepaskan ke laut.

Pelepasan tukik di Pantai Sungai Belacan, Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar).
Foto: Dok. SGK
Pelepasan tukik di Pantai Sungai Belacan, Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar).

REPUBLIKA.CO.ID, SAMBAS --  Pengembangbiakan satwa yang terus diburu, bahkan terancam punah di Indonesia, seperti penyu perlu dilakukan banyak pihak. Untuk itu, salah satu komitmen diwujudkan dalam kegiatan konservasi penyu di Pantai Sungai Belacan, Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar). 

Koordinator Wilayah (Korwil) Srikandi Ganjar Kalbar Putri Adelia mengatakan, pihaknya bersama puluhan perempuan milenial di Kabupaten Sambas, Kalbar, melepas tukik atau bayi penyu hijau. Pelepasan ini pun disambut antusias oleh mereka karena bisa berkontribusi dalam usaha pelestarian penyu. Selain itu, loyalis Ganjar Pranowo tersebut juga melakukan bersih-bersih pantai di wilayah ini.

Baca Juga

"Ada sekitar 50 tukik yang dilepas hari ini yang sudah menetas dua atau tiga hari lalu. Antusiasme para peserta sangat tinggi," ujarnya di sela-sela acara.

Putri Adelia menekankan pihaknya sekaligus melindungi ekosistem penyu dari ancaman perburuan telur penyu di Kabupaten Sambas. Karena itu, Srikandi Ganjar menggandeng Kelompok Konservasi Penyu Wahana Bahari untuk menginisiatori pelepasan tukik ini.

"Indonesia kaya akan sumber daya yang melimpah. Salah satunya ekosistem alam. Di sini banyak sekali hewan yang terancam punah, salah satunya penyu. Oleh karena itu, Srikandi Ganjar Kalbar berkolaborasi dengan kelompok konservasi penyu di daerah ini menginisiatori pelepasan penyu," ungkapnya.

Putri berharap, dengan adanya kegiatan ini, pihaknya bisa meningkatkan kesadaran perempuan milenial untuk mulai memperhatikan ekosiatem satwa yang terancam punah.

"Kami sekaligus menambah pengetahuan mereka supaya tahu apa pentingnya konservasi dan merawat satwa yang ada di sini, terutama penyu yang hampir punah," ujarnya.

Srikandi Ganjar Kalbar berharap konservasi terhadap satwa yang terancam perburuan liar dan kepunahan bisa terus berjalan agar ekosistem laut makin terjaga

"Semoga hal ini bisa diwariskan sehingga nanti anak cucu kita ke depan bisa melihat bagaimana bentuk penyu itu," ucapnya.

Ketua Kelompok Konservasi Penyu Wahana Bahari Zulfian menyambut partisipasi sukarelawan Srikandi Kalbar karena turut serta dalam mengonservasi penyu hijau di Sambas.

"Tingkat pencurian si hewan langka ini miris sekali. Kami kelompok masyarakat ingin menyelamatkannya agar berkelanjutan. Kami bergembira dan antusias Srikandi Ganjar ikut dalam kegiatan pelepasan tukik untuk konservasi yang ada di sini," katanya.

Sementara itu, Erdina, peserta pelepasan tukik, menilai kegiatan ini sangat positif. Dia secara langsung berpartisipasi dalam pelepasan tukik. Dengan begitu, dia turut membantu melestarikan penyu hijau.

Perempuan yang bersekolah di SMKN 1 Paloh mengatakan, dengan mengikuti kegiatan alam ini, dirinya lebih mengetahui proses konservasi penyu hijau.

"Manfaatnya kami bisa lebih tahu tentang bagaimana mengonservasi penyu. Kami juga melakukan bersih-bersih pantai untuk menjaga lingkungan sekitar," ujarnya.

Perhatian terhadap kebersihan pantai juga ditunjukan oleh kelompok serupa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka bersama-sama menanam pandan laut dan menggerakkan aksi bersih-bersih di Pantai Pelangi, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY.

Pandan laut punya fungsi ekologi yang sangat bermanfaat, di antaranya menahan abrasi dan erosi, mengurangi dampak pasang laut terhadap ekosistem darat, hingga memitigasi bencana alam seperti tsunami. "Kami dari kalangan milenial kembali menggelar kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan hidup. Kami dan beberapa pengunjung menanam pandan laut di pantai ini," kata Koordinator Wilayah Srikandi Ganjar DIY Herrawati, demikian dilansir dari Antara

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement