Jumat 07 Jul 2023 13:24 WIB

Kasus Antraks Renggut Nyawa Warga, Sultan HB X Minta Pengawasan Ternak Diperketat

Kasus ini terus berulang karena masyarakat menyepelekannya.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, usai melantik Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta dan Pj Bupati Kulonprogo di Bangsal Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (22/5/2023).
Foto: Republika/Silvy Dian Setiawan
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, usai melantik Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta dan Pj Bupati Kulonprogo di Bangsal Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (22/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kasus antraks di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Kabupaten Gunungkidul, telah merenggut nyawa satu warga dan sebanyak 87 orang lainnya dinyatakan positif tertular.

Mengetahui kondisi tersebut, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta pengawasan lalu lintas perdagangan hewan ternak lebih diperketat guna meminimalisasi penyebaran atau penularan antraks.

Baca Juga

"Kami kan tidak mungkin menutup lalu lintas hewan, masa hanya lewat tidak boleh), mau menjual barang tidak boleh, jadi ya tergantung pengawasannya. Karena lalu lintasnya memang lewat situ," ujar Sultan dalam rilis yang diterima Republika, Kamis (6/7/2023).

Sri Sultan menjelaskan, lalu lintas hewan ternak di DIY selama ini tergolong tinggi, termasuk di Gunungkidul. Untuk itu, ia menegaskan agar pengawasan lalu lintas hewan di daerah lainnya juga dapat diperketat sehingga hewan yang melalui DIY dapat dijaga keamanannya.

"Lalu lintasnya tinggi, sekarang bergantung daerah lain juga, bagaimana mengantisipasi antraks itu merupakan sesuatu yang penting. Jika perdagangan ternak seperti ini tidak ketat, antraks ya pasti tidak pernah bisa diselesaikan dan seharusnya cara penanganannya sama," katanya.

Menurut Sri Sultan, dengan pengetatan pengawasan perdagangan ternak yang ada di setiap daerah, dapat menghindarkan dari persebaran antraks di DIY. Hal ini berkaca pada penyebaran pengulangan kasus antraks yang pernah terjadi di DIY pada 2019 dan 2020 lalu. Dengan pengetatan pengawasan lalu lintas hewan ternak, setidaknya mampu meminimalisasi persebaran kasus antraks di DIY.

"Jika sudah tahu antraks, namun tetap dikirimkan lalu kurang cermat. Akhirnya tidak hanya sekarang, dua tahun lalu juga begitu,” katanya.

Raja Keraton Yogyakarta tersebut pun sangat menyayangkan munculnya kasus antraks di Gunungkidul yang terjadi sejak Juni 2023. Sri Sultan memahami masyarakat menyayangkan hewan yang dipeliharanya mati secara tiba-tiba, sehingga mereka tetap menjual dan mengonsumsi dagingnya.

Meski begitu, masyarakat perlu waspada terhadap penyakit yang mungkin ada dalam hewan ternaknya tersebut. Kejadian di Gunungkidul dapat menjadi penyebab persebaran antraks di DIY.

"Sudah tahu antraks ya dimakan bersama, eman-eman (sayang) kalau terus dipendam. Ini kan masalah, mungkin literasinya jalan, tapi mungkin kurang teliti memeriksa jadi sulit. Hal ini selalu terulang, malah korban makin banyak,” katanya.

Kasus antraks yang muncul di Gunungkidul karena hewan ternaknya mati kemudian disembelih dan dimakan bersama. Ini merujuk pada Tradisi Mbrandu yang menjadi penyebab penyebaran antraks di Dusun Jati.

Kasus ini terus berulang karena masyarakat sendiri menyepelekannya. Seharusnya masyarakat langsung menguburkan hewan ternaknya jika mati tiba-tiba. Selain itu, Pemkab Gunungkidul sendiri, khususnya para petugas pos lalu lintas perdagangan ternak harus lebih tegas dalam pengawasan.

Baca juga : Apa Saja Gejala Hewan Terpapar Antraks?

"Pos lalu lintas hewan ternak yang ada di setiap daerah perbatasan dapat diperketat. Sekarang bagaimana petugas itu lebih teliti, kalau kurang tenaga ya ditambah, kalau cukup ya kalau mengawasi tidak sekadar mengawasi, tetapi diperiksa betul sapi yang lewat," kata Gubernur DIY.

Sri Sultan justru mengkhawatirkan masyarakat yang memang mengetahui hewan peliharaannya mengalami gejala antraks, namun tetap menjualnya agar kerugian yang dialami tidak terlalu tinggi. Dalam jual beli hewan, Sri Sultan meminta masyarakat juga perlu waspada terhadap harga hewan yang cenderung lebih murah daripada harga pasar.

Untuk itu, maka pengawasannya harus ketat dan tidak lantas menganggap semua hewan ternak pasti sehat. Melihat masih terjadinya masyarakat yang terpapar antraks karena memakan hewan yang mati tiba-tiba, Sri Sultan meminta OPD terkait dapat menggencarkan literasi kembali kepada publik.

Lebih lanjut, Sri Sultan meminta selain memeriksa hewan ternak, petugas juga harus lebih tegas dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait tindak lanjut penanganan yang harus dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan terhadap hewan ternak yang terjangkit antraks. Demikian pula pemahaman mengenai gejala penyakit antraks pada hewan ternak, bagaimana penularan dan bahaya penyakit antraks pada manusia, serta cara mengobatinya.

Baca juga : Tips Agar Manusia Terhindar dari Penyakit Antraks

"Pemerintah daerahnya harus lebih tegas lagi ke masyarakat. Bagaimana pemeriksaan hewan yang lewat itu juga lebih teliti, tapi juga kalau ada antraks yang ada di situ ya memang pengertian disisihkan dan harus tidak dimakan terus dikubur itu sesuatu yang jadi penting gitu," katanya.

Petugas pos harus mampu memberikan berbagai pemahaman tersebut demi menumbuhkan kesadaran yang lebih baik pada masyarakat. "Itu yang perlu seni tersendiri dari petugas untuk memberikan literasi yang baik kepada publik. Selama itu nggak pernah dilakukan, ya enggak pernah akan bisa selesai,” ujar Sri Sultan.

Ia menegaskan agar masyarakat tidak mengonsumsi daging dari ternak yang terjangkit antraks. Apabila mulai merasakan gejala tertular penyakit antraks, diharap segera melakukan pengobatan untuk menghindari risiko kesehatan yang lebih berat nantinya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement