REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses mengasuh, mendidik, dan membesar anak merupakan aktivitas "mulia" bagi setiap orang tua. Namun hal itu sering kali diwarnai dengan tantangan yang seolah tidak ada ujungnya. Utamanya, ketika ayah dan ibu dihadapkan pada masalah perilaku pada anak-anak.
Dari amukan, pembangkangan, persaingan saudara kandung, dan perilaku mencari perhatian, orang tua sering menemukan diri dalam emosi dan perilaku yang kompleks. Paparan dunia digital yang terus-menerus, peningkatan waktu layar, dan penurunan interaksi sosial telah menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam masalah perilaku di kalangan anak-anak.
Dilansir laman Hindustan Times, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (AS) telah terjadi peningkatan sekitar 40 persen dalam perasaan sedih terus-menerus, putus asa, bahkan pikiran dan perilaku bunuh diri di kalangan anak muda. Dokter spesialis anak dan remaja dari Klinik Fayth, dr Paula Goel, berbagi beberapa masalah perilaku yang paling umum pada anak-anak dan tips bagi orang tua untuk mengatasinya :
1. Trantrum
Tantrum sering terjadi pada anak kecil, terutama antara usia 1 dan 3 tahun. Itu terjadi ketika anak-anak menjadi frustrasi atau kewalahan. Biasanya anak menangis, menjerit, menendang, dan melempar barang.
Dalam situasi seperti itu, tetap tenang dan sediakan lingkungan yang aman dan tenang pada saat terjadi tantrum. Sebagai orang tua, Anda tidak boleh gelisah sendiri.
Alihkan perhatian anak Anda dengan mainan atau aktivitas favorit. Berikan juga kalimat-kalimat penghiburan untuknya.
Tetapkan aturan dan batasan yang jelas dan gunakan penguatan positif untuk perilaku yang baik. Perilaku yang mengganggu termasuk kemarahan, lekas marah, agresi, membolos, dan perilaku antisosial.
2. Agresi
Perilaku agresif seperti memukul, menggigit, atau mendorong dapat terjadi pada anak karena frustasi, marah, atau kurangnya kemampuan komunikasi. Anda dapat mengajari anak Anda cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya, seperti menggunakan kata-kata atau tindakan lembut.
Tetapkan batasan dan konsekuensi yang jelas untuk perilaku agresif seperti kehilangan hak istimewa. Anda harus mengajari anak untuk berempati dengan menjelaskan bagaimana tindakan mereka dapat menyakiti orang lain dan meningkatkan keterampilan memecahkan masalah.
3. Oppositional Defiant Disorder (ODD)
ODD adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan pembangkangan terus-menerus, argumentatif, dan kesulitan mengikuti aturan. Jika merasa anak menunjukkan tanda-tanda ODD, Anda harus berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan diagnosis dan rencana penanganan yang akurat. Strategi untuk mengelola ODD dapat mencakup menetapkan ekspektasi yang jelas, menggunakan konsekuensi yang konsisten, memberikan penguatan positif untuk perilaku patuh, dan dukungan melalui terapi atau konseling.
4. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
Gejala ADHD gangguan perkembangan saraf di antaranya impulsif, hiperaktif, dan kurang perhatian. Jika merasa anak mungkin menderita ADHD, Anda perlu meminta bantuan profesional untuk evaluasi menyeluruh. Perawatan mungkin akan melibatkan kombinasi intervensi perilaku pelatihan orang tua, dan dalam beberapa kasus mungkin pengobatan. Membuat rutinitas terstruktur, memecah tugas menjadi langkah-langkah kecil, memberikan instruksi yang jelas, dan menggunakan alat bantu visual dapat membantu dalam mengelola gejala ADHD.
5. Kecemasan
Gangguan kecemasan dapat bermanifestasi pada anak-anak sebagai kekhawatiran berlebihan, ketakutan, gelisah, dan sulit tidur. Sediakan lingkungan yang tenang dan mendukung untuk anak Anda.
Dorong komunikasi terbuka dan validasi perasaan mereka. Bantu anak mengidentifikasi pikiran irasional. Teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau latihan mindfulness sangat membantu untuk mengatasi kecemasan. Dalam kasus yang parah, konseling atau terapi profesional mungkin diperlukan. Perilaku dan terapi kognitif dan konseling orang tua akan diperlukan.
6. Kesulitan tidur
Banyak anak mengalami kesulitan tidur seperti susah tidur, sering terbangun pada malam hari, atau mimpi buruk. Tetapkan rutinitas waktu tidur yang konsisten, ciptakan lingkungan tidur yang santai, dan batasi aktivitas yang merangsang sebelum tidur.
Pastikan anak Anda mendapatkan aktivitas fisik yang cukup di siang hari dan hindari kafein mendekati waktu tidur. Jika masalah tidur berlanjut, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk mengesampingkan penyebab medis atau psikologis yang mendasarinya.
7. Gangguan psikososial
Ini dapat bermanifestasi sebagai gangguan emosi (kecemasan atau depresi), perilaku (agresi), fungsi fisik (gangguan psikogenik), dan kinerja mental (masalah di sekolah). Ini mungkin disebabkan oleh gaya pengasuhan yang tidak konsisten atau lalai, masalah keluarga, pelecehan, pemanjaan berlebihan, perpisahan, atau cedera.
Anak-anak mungkin tidak selalu menunjukkan reaksi mereka terhadap situasi stres secara langsung dan mereka dapat muncul kemudian. Mungkin ada prestasi sekolah yang buruk dan masalah dengan teman. Bimbingan antisipatif akan sangat membantu orang tua dan anak-anak. Gangguan kebiasaan termasuk mengisap jempol, menggigit kuku, menelan udara, mengayunkan tubuh, menarik rambut, membenturkan kepala, menahan napas, tics
Dr Goel mengatakan, setiap anak itu unik. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang perilaku anak, sebaiknya konsultasikan dengan dokter anak atau psikolog untuk evaluasi komprehensif dan saran yang disesuaikan.
Menurut dia, mengatasi masalah perilaku pada anak membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan pengertian. Sangat penting untuk menyediakan lingkungan yang mengasuh dan mendukung sambil menetapkan batasan dan harapan yang sesuai. "Bimbingan dari dokter anak atau psikolog anak dapat memberikan wawasan berharga dan strategi khusus untuk kebutuhan unik anak Anda," kata dia.