Ahad 16 Jul 2023 19:09 WIB

Inggris Dikabarkan Undang Pangeran MBS untuk Berkunjung

Pemerintah Inggris belum berkomentar soal kabar undangan ke Pangeran MBS itu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Fuji Pratiwi
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.
Foto: EPA-EFE/RUNGROJ YONGRIT
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Inggris dikabarkan telah mengundang Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) untuk mengunjungi negara itu. Ini merupakan undangan resmi Inggris untuk Pangeran MBS sejak kasus pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi yang diduga didalangi pewaris takhta Kerajaan Arab Saudi itu terjadi pada 2018 lalu.

Financial Times adalah media yang pertama kali melaporkan tentang undangan resmi Inggris untuk Pangeran MBS. Dia disebut bakal mengunjungi Inggris akhir musim gugur mendatang. Downing Street masih menolak mengonfirmasi laporan tersebut.

Baca Juga

Namun seorang juru bicara Perdana Menteri Inggris mengungkapkan, Inggris tidak akan menerima undangan untuk para pemimpin asing dan bahwa kunjungan semacam itu akan ditetapkan dalam cara biasa. Sumber itu pun menekankan bahwa sikap Perdana Menteri Rishi Sunak terkait pembunuhan Jamal Khashoggi masih tetap sama.

Sunak memandang pembunuhan Khashoggi sebagai kejahatan mengerikan. "(Saudi) harus memastikan kekejaman seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi," ujar juru bicara Sunak, seperti dikutip Middle East Monitor, Ahad (16/7/2023).

Saat ini Inggris sedang merundingkan kesepakatan perdagangan bebas dengan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Saudi diketahui memiliki pengaruh signifikan dalam organisasi tersebut.

Penasihat kebijakan luar negeri organisasi HAM Amnesty International Polly Truscott mengecam kabar tentang akan diundangnya Pangeran MBS ke Inggris. Menurutnya undangan seperti itu akan dimanfaatkan Pangeran MBS untuk merehabilitasi citranya di panggung internasional.

"Mohammed bin Salman dan pemerintahannya harus dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat Saudi, termasuk pembunuhan Khashoggi, penggunaan penyiksaan yang meluas di penjara Saudi dan pemboman warga sipil tanpa pandang bulu di Yaman," kata Truscott.

Jamal Khashoggi dibunuh di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018. Setelah tewas, tubuh Khashoggi dilaporkan dimutilasi. Hingga kini potongan jasadnya belum ditemukan. Pangeran MBS lekas terseret dalam kasus itu dan diduga menjadi dalangnya.

Dugaan itu muncul karena keterlibatan Saud al-Qahtani dalam kasus tersebut. Dia diketahui merupakan tangan kanan Pangeran MBS. Khashoggi merupakan tokoh yang vokal mengkritik kebijakan-kebijakan Saudi, termasuk Pangeran MBS.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement