REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ducati dikembangkan selama hampir 20 tahun di MotoGP sejak pertama kali turun pada 2003 silam melalui dua rider Loris Capirossi dan Troy Bayliss. Kedua rider mengandalkan motor Desmosedici GP3 sebelum berkembang kini menjadi Desmosedici GP22, yang bisa dibilang sebagai motor paling bengis milik pabrikan Ducati sepanjang 19 tahun perjalanan di kelas balap motor dunia.
Sejumlah kemenangan dan finis podium di beberapa trek yang sebelumnya ditakuti Ducati, menjadi bukti betapa stabil dan seimbangnya Desmosedici GP22 setidaknya hingga Francesco Bagnaia mengeklaim gelar juara dunia MotoGP 2022 kemarin.
Bagi Ducati ini merupakan gelar juara dunia pembalap kedua setelah mengilap bersama Casey Stoner pada 2007 silam atau 15 tahun lalu. Ini juga, membuat sejarah untuk kali pertama menjuarai seri MotoGP kelas dunia melalui rider asal negeri sendiri, Italia.
Pun begitu, ada sisi buruk lain yang mengiringi makin gaharnya Desmosedici GP besutan Motor pabrikan asal Borgo Panigale, Bologna, Italia itu