REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI menyambut tahun baru 1445 Hijriyah dengan menggelar agenda dengan tema 'Mujahadah Muharram 1445 H' di kantor Baznas RI, Jakarta, Selasa (18/7/2023).
Acara dihadiri Ketua Baznas RI Prof Dr KH Noor Achmad MA, Pimpinan Baznas RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Saidah Sakwan MA, Pimpinan Baznas RI Bidang Koordinasi Nasional Achmad Sudrajat, Deputi II Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan M Imdadun Rahmat, Deputi I Bidang Pengumpulan M. Arifin Purwakananta dan para karyawan Baznas RI.
Agenda tersebut dimulai dengan pembacaan wirid yang dipimpin oleh Pimpinan Baznas RI Bidang Koordinasi Nasional Achmad Sudrajat. Mujahadah Muharram 1445 H ini berlangsung dengan khidmat dan pembacaan wirid yang dilantunkan secara bersama-sama.
Dalam kesempatan, Kiai Noor mengulas tiga kebangkitan yaitu kebangkitan ilmu, kebangkitan ekonomi dan kebangkitan budaya. Tiga kebangkitan tersebut saat ini sudah mulai terlihat dan mengalami perkembangan. Misalnya, tidak sedikit ilmuwan Muslim yang menggabungkan antara keilmuan umum dan Islam.
"Mulai terlihat kolaborasi antara keilmuan umum dan Islam. Kita tidak hanya menyaksikan lahirnya buku-buku sekarang ini, tetapi juga sekaligus kita melihat peneliti-peneliti dan profesor-profesor serta ilmuwan-ilmuwan di bidang tersebut," kata dia.
Kebangkitan tersebut juga meliputi ekonomi dan perkembangannya pun tergolong dasyat. Kiai Noor mengatakan, dahulu ekonomi Islam belum banyak yang mengkajinya, tetapi sekarang ekonomi Islam menguasai sekitar 10 persen ekonomi dunia. Di Indonesia, ekonomi Islam menguasai secara fluktuatif antara 5 sampai 10 persen ekonomi nasional.
"Perbankan itu sudah sampai 15 persen. Kalau di asuransi, masih kurang lebih 9 persen. Keuangan itu kurang lebih 10 persen, sedangkan di saham itu 6 persen. Ini menunjukkan perkembangan yang luar biasa di bidang ekonomi," ujarnya.
Tidak hanya itu, Kiai Noor melanjutkan, perkembangan ekonomi Islam juga diharapkan terus memunculkan tokoh-tokoh Muslim dan saudagar-saudagar Muslim. Hal yang lebih penting lagi dari bidang ekonomi ini adalah ekonomi sosial Islam yang dikenal dengan zakat, infak dan sedekah (ZIS).
Menurut Kiai Noor, ZIS terus mengalami perkembagan pesar dan Baznas akan menjadikannya sebagai alternatif untuk menyejahterakan umat. "Karena ini adalah janji Allah dan Rasul-Nya. ZIS itu justru bisa dijadikan sebagai alternatif utama dalam rangka menyejahterakan umat," katanya.
Hal itu karena di dalam ZIS mengandung pembagian harta secara jelas. Dalam konteks inilah, Kiai Noor menekankan, Baznas bertekad menjadi lembaga utama dalam menyejahterakan umat.
"Maka tidak hanya bagaimana kita bisa menggerakkan ZIS, tetapi kita bisa mengelola dengan baik ZIS ini. Insya Allah Baznas mampu melakukan pengelolaan itu," ujarnya.
Ketiga ialah kebangkitan budaya. Kiai Noor bersyukur budaya Islam berkembang tidak hanya di negara-negara Muslim tetapi juga di negara-negara lain. Warga dari berbagai negara semakin memahami bahwa budaya Islam adalah budaya yang baik. Budaya yang santun, damai, saling menyayangi, toleran, dan damai antara satu dengan yang lain.
"Termasuk dalam hal memelihara aurat, memelihara kekeluargaan. Itulah yang diciptakan dalam Islam," jelasnya.