REPUBLIKA.CO.ID, WONOSARI -- Pemkab Gunungkidul kembali menemukan penyakit dengan gejala antraks pada dua orang warga Padukuhan Semuluh Lor, Kalurahan Ngeposari, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul, DIY, setelah mereka menyembelih kambing sakit.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul Retno Widyastuti, ada warga yang bergejala antraks seusai menyembelih kambing sakit. "Kami diberi tahu ada suspek antraks, harus ada uji lab untuk peneguhan," ujar Retno kepada Republika.co.id, Kamis (20/7/2023).
Selanjutnya, pada Jumat (14/7/23) lalu pihaknya mengambil sampel tanah yang terkontaminasi darah sembelih untuk kemudian dites laboratorium oleh Balai Besar Veteriner (BBVet). Sampel yang akan diuji lab tersebut baru disampaikan ke BBVet pada Senin (17/7/23), dan hasilnya belum keluar sampai sekarang.
"Jadi, belum ada kepastian ternaknya antraks atau tidak dari hewan dan lingkungan. Untuk warga yang sakit, itu ranah Dinkes yang memeriksa," kata Retno.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Gunungkidul Sidig Hery Sukoco mengatakan terdapat 22 orang yang diambil sampel darahnya usai kontak dengan kambing yang sakit tersebut.
"Ada dua bergejala, dan yang dua puluh lainnya tidak bergejala, tapi kontak. Jadi, kami ambil sampel 22 orang," ujarnya.
Menurut Hery, sebanyak 22 orang tersebut melakukan kontak mulai dari menyembelih kambing sakit, mengolah daging hingga makan daging tersebut.
Untuk menentukan apakah penyakit yang diderita oleh dua orang warga di sana benar antraks atau tidak, pihaknya masih menunggu hasil lab Balai Besar Veteriner di Bogor. "Hasilnya juga belum bisa dipastikan kapan, jadi saat ini masih belum tahu antraks atau tidak," kata dia.