Kamis 20 Jul 2023 15:23 WIB

3 Dimensi Keterlibatan Hijrah dalam Tahun Baru Islam 1445 Hijriyah

Perilaku hijrah menandakan laku seseorang menuju kepada kebaikan dan ridha Allah.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah peserta membaca Alquran saat Bogor Ngaos (Ngaji) Alquran di Taman Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/7/2023), dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriah.
Foto: ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Sejumlah peserta membaca Alquran saat Bogor Ngaos (Ngaji) Alquran di Taman Sempur, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/7/2023), dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharam 1445 Hijriah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Momen 1 Muharram 1445 Hijriyah jatuh pada 19 Juli 2023 dalam kalender Masehi. Tahun Baru Islam ini pun dirayakan oleh umat Muslim, tak terkecuali di sejumlah wilayah di Indonesia.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, Ikhwan Ahada mengatakan, Tahun Baru Hijriyah 1445 ini menjadi momentum yang sangat berharga bagi tonggak perjalanan umat Islam. Menurutnya, Tahun Baru Islam mengandung tiga dimensi keterlibatan hijrah.

Mulai dari dimensi spiritual, dimensi psikologis, dan dimensi fisik. Dalam dimensi spiritual, dijelaskan bahwa hijrah adalah manifestasi ketundukan seseorang kepada Ilahi yang erat kaitannya dengan perintah Allah SWT dan contoh Rasulullah SAW.

Ikhwan menuturkan, Allah mengungkapkanya dengan 31 kali dalam Alquran, termasuk derivatnya. Kata hijrah mengandung makna positif, dan perilaku hijrah menandakan laku seseorang menuju kepada kebaikan dan ridha Allah.

Perihal hijrah ini, Allah SWT berfirman: "Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah." (QS An-Nisa' 4: Ayat 89)

"Perintah dalam ayat di atas, menuntut ketaatan kita sebagai hamba-Nya. Begitu pula dalam ayat-ayat lain, dengan makna yang bervariasi," kata Ikhwan, Kamis (20/7/2023).

Pada dimensi psikologis, lanjut Ikhwan, seseorang yang berhijrah berarti orang tersebut telah melibatkan kesiapan psikologis yang matang. Seperti keberanian mengambil resiko atas keputusan hijrahnya, dan kepercayaan diri atas keyakinannya, sehingga mampu mengorbankan kesenangan sesaat untuk tujuan yang mulia.

Ikhwan menuturkan, berpisah dan meninggalkan kondisi awal serta mapan baik secara finansial dan sosiologi, bagi seseorang bisa jadi sangat berat secara kejiwaan. Bagi mereka yang tidak siap dan tidak memiliki tekad hijrah yang kuat, pastilah orang tersebut enggan untuk berhijrah.

"Dengan demikian, orang yang telah berazam dan melaksanakan hijrah, tidak lagi diragukan kesiapan dan kematangan psikologisnya," tegasnya.

Lebih lanjut, dalam dimensi fisik, Ikhwan menceritakan terkait Rasulullah dan para sahabatnya berpindah dari Makkah ke Yatsrib (Madinah), yang jaraknya kurang lebih 281 mil. Jarak tersebut setara dengan 450 kilometer, dan bukan jarak yang dekat saat peristiwa hijrah tersebut terjadi.

"Jangankan kendaraan bermesin, kendaraan yang ada saat itu belum tentu bisa digunakan lantaran perjalanan Rasulullah SAW dan para sahabat di bawah bayang-bayang ketat dan petugas intel dari kaum kafir Quraisy," ungkap Ikhwan.

Demikian juga saat ini, pengorbanan fisik dan materi sering harus terjadi manakala mereka hendak menuju ke dunia baru dalam hidupnya. Bisa jadi bukan soal jarak tempuh saja, melainkan kelelahan dan kepenatan fisik, dalam menghadapi tekanan dan risiko jasmani sering dijumpai bagi mereka yang sedang berproses menuju perubahan hidup lebih baik.

"Ketiga aspek diatas tidak terpisahkan ketika seseorang hendak menjadikan kehidupan masa depannya lebih baik," ujarnya.

Ikhwan menyebut, tiga dimensi tersebut menjadi satu kesatuan di mana ketaatan, dan kesiapan, serta harapan besar sekaligus membutuhkan pengorbanan. Baik pengorbanan secara materil maupun non materil untuk seseorang bisa berhijrah sesuai dengan landasan Tahun Baru Hijriyah itu sendiri.

Menurutnya, Tahun Baru Hijriyah yang bertepatan pada 19 Juli 2023 Masehi ini membawa harapan besar bagi masing-masing umat Islam. Ikhwan pun menyampaikan harapan Tahun Baru Hijriyah yang dapat dimaknai bersama untuk bersama meraih ridha Allah SWT.

"Mudah-mudahan ketaatan dan kesiapan kita secara psikologis, dan sekaligus kesiapan kita dalam berkorban secara fisik dan materil menjadikan perjuangan menjadi mudah, dan yang terpenting mendapatkan ridha Allah SWT," jelas Ikhwan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement