Jumat 21 Jul 2023 13:33 WIB

Cek Nutrisi Makanan, Jabar Buat Aplikasi HealthHeroes Nutrihunt

Masyarakat belum familiar dengan menghitung jumlah kalori dan nutrisi makanan.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan Jawa Barat bersama Kemenkes RI dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia meluncurkan aplikasi HealthHeores Nutrihunt di Gedung Sate, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (21/7/2023).

HealthHeroes Nutrihunt adalah aplikasi untuk memindai kandungan nutrisi makanan. Fungsi aplikasi ini untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat khususnya remaja agar lebih peduli terhadap hak informasi makanan melalui pengecekan lebel pangan kemasan.

Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja, informasi tentang kandungan nutrisi dalam makanan sangat penting bagi masyarakat. Bahkan, di negara maju label kalori dan nutrisi wajib tercantum.

"Tujuannya itu adalah bahwa kita sebagai konsumen akan tahu persis bahwa kandungan dalam pangan itu apa. Jadi, kalorinya berapa, kandungan lemak, karbohidrat, dan lain sebagainya. Dan itu di negera maju sesuatu yang diharuskan," ujar Setiawan.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menunjukkan, terdapat 25,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 26,9 persen remaja usia 16-18 tahun memiliki status gizi pendek dan sangat pendek. Lalu, 8,7 persen remaja usia 13-15 tahun dan 8,1 persen remaja usia 16-18 tahun tergolong dengan kondisi kurus dan sangat kurus serta 3-4 dari 10 remaja menderita anemia.

Prevalensi berat badan lebih dan obesitas sebesar 16,0 persen pada remaja usia 13-15 tahun dan 13,5 persen pada remaja usia 16-18 tahun. Salah satu faktor penyebab terjadinya tren kenaikan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas adalah buruknya pola makan remaja.

"Fenomena gizi ini sangat terkait juga dengan fenomena stunting sebetulnya. Alhamdulillah untuk di Jawa Barat ini, tadi saya sampaikan bahwa survei SSGI terakhir pada 2022, kita menurun kurang lebih di 4 persen, dari 24,5 persen menjadi 20 persen," ujarnya.

Selama ini, kata dia, masyarakat belum familiar dengan menghitung jumlah kalori dan kandungan nutrisi makanan. Oleh karena itu, kadang di label diharuskan gizi ini sekian cuman jarang dibaca karena kurang menarik, kurang gede, dan kurang melihat seperti apa, cuman kecil-kecil saja. 

"Dengan aplikasi ini kita bisa langsung scan kode batang, hasilnya langsung kelihatan ada gambar dan lainnya, kandungannya lengkap," kata Setiawan.

Di tempat yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Vini Adiani Dewi mengatakan, aplikasi ini diharapkan bisa mengedukasi para remaja untuk membiasakan membaca informasi gizi pada makanan. Selain bisa melihat kandungan nutrisi, masyarakat juga bisa ikut melaporkan kandungan nutrisi makanan kemasan.

"Kan ada ribuan, jadi di setiap ada tambahan bisa ditambahkan nanti dibantu oleh tim nanti akan terlihat isi kandungannya apa. Jadi, karena semuanya masuk, jadi teman-teman bisa membantu kami dengan memasukkan nomor kode batangnya. Nanti kami bantu untuk memasukkan," katanya.

Kegiatan ini merupakan inisiatif Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dalam menjalankan program edukasi remaja dan peningkatan lingkungan kondusif untuk konsumsi gizi seimbang sebagai bagian dari memorandum saling pengertian antara Kemenkes RI dan GAIN di tahun 2022-2025 untuk peningkatan status gizi remaja di Indonesia. Salah satu lokasi fokus kegiatan adalah di lima wilayah kabupaen/kota di Jawa Barat.

Acara puncak dikemas semenarik mungkin dengan kompetisi scan barcode dengan aplikasi Health Heroes Nutrihunt.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement