Kamis 03 Aug 2023 16:38 WIB

Sri Mulyani Waspadai Ancaman El Nino yang Berkepanjangan

Pemerintah pusat meminta pemda untuk mewaspadai lonjakan inflasi pangan.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Keuangan Sri Mulyani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah pusat meminta pemerintah daerah mewaspadai lonjakan inflasi pangan. Hal ini seiring dengan potensi El Nino atau fenomena musim kering yang berkepanjangan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dampak El Nino dapat memengaruhi produktivitas pertanian. Untuk mencegah risiko inflasi ini, pemerintah akan memberikan insentif fiskal sebesar Rp 330 miliar bagi daerah yang sukses mengendalikan inflasi. 

Baca Juga

“Insentif fiskal ini akan diberikan sebanyak tiga kali, sehingga totalnya mencapai Rp 1 triliun pada tahun ini. Diharapkan semakin memfokuskan daerah-daerah dalam penanganan inflasi terutama antisipasi El Nino, musim kering dan berbagai risiko sehingga kita minta daerah tetap waspada inflasi terutama dari yang berasal non-moneter dan non-core inflation," ujarnya dalam webinar, Kamis (3/8/2023).

Di samping itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan ancaman baru ekonomi global yang semakin mengkhawatirkan, sehingga memberikan tekanan laju inflasi di dalam negeri.

Menurutnya, tantangan tersebut berasal dari situasi Rusia yang mengakhiri perjanjian ekspor biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiatives. Hal tersebut diperkirakan akan mempengaruhi harga komoditas pangan global.

“Rusia tidak mau memperbarui perjanjian untuk membolehkan lalu lintas gandum, termasuk sunflower. Ini berarti pada paruh kedua tahun ini kita akan sangat dipengaruhi ketidakpastian dari komoditas, hampir mirip dengan situasi 2022,” ujarnya.

Sri Mulyani menyebut, inflasi yang meningkat tinggi perlu segera direspons dengan kebijakan pada level makro. Seperti situasi saat ini, seluruh bank sentral negara maju dan berkembang menaikkan suku bunga secara signifikan.

Dia mencontohkan, India yang sebelumnya suku bunganya berada level tiga persen, meningkat ke level 6,5 persen. Brasil bahkan yang suku bunga sebesar tiga persen melonjak ke 13,7 persen.

Eropa dan Inggris yang tingkat suku bunganya mendekati nol meningkat, masing-masing menanjak ke level 4,25 persen dan lima persen.

“Ini yang saya sampaikan bahwa fenomena global akan memengaruhi dan merembes ke seluruh negara di dunia, termasuk di Indonesia, ini yang harus kita waspadai,” katanya. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement