Sabtu 12 Aug 2023 07:25 WIB

Berkeringat Ketika Makan Meski Suhu tak Panas, Kira-Kira Apa Penyebabnya?

Sebagian orang berkeringat saat makan meskipun suhu di ruangan tidak panas.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Qommarria Rostanti
 Seorang wanita berkeringat (ilustrasi). Sebagian orang berkeringat saat makan meskipun cuaca saat itu tidak panas.
Foto: www.freepik.com
Seorang wanita berkeringat (ilustrasi). Sebagian orang berkeringat saat makan meskipun cuaca saat itu tidak panas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah kamu termasuk orang yang berkeringat saat makan atau pernah melihat orang berkeringat ketika makan? Kondisi ini tidak dialami oleh semua orang.

Berkeringat saat makan bisa berarti lebih dari sekadar suhu di ruang makan Anda yang panas. Secara medis, kondisi ini disebut sweating gustatory  yang merupakan gejala dari sindrom Frey.

Baca Juga

Kondisi tersebut menyebabkan keringat bahkan saat Anda makan sesuatu yang dingin, seperti es krim. Di lain waktu, berkeringat saat makan disebabkan oleh kondisi medis lain yang mungkin Anda miliki.

Lalu apakah penyebabnya? Dilansir Healthline, Jumat (11/8/2023), beberapa orang melaporkan berkeringat saat mereka benar-benar makan. Namun, memikirkan atau membicarakan makanan juga bisa menyebabkan keringat saat makan.

Seorang dokter akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti gejala dan riwayat medis saat menentukan potensi penyebab yang mendasarinya. Pertama, hiperhidrosis idiopatik.

Terkadang dokter tidak dapat mengidentifikasi penyebab keringat berlebih dan menyebut ini hiperhidrosis idiopatik. Meski dokter tidak mengetahui penyebabnya, mereka tetap bisa mengobatinya.

Kedua, operasi kepala dan leher. Salah satu penyebab keringat berlebih yang paling umum diketahui adalah riwayat operasi kepala dan leher, terutama operasi pengangkatan kelenjar parotis di kepala. Orang yang pernah menjalani operasi kepala dan leher dapat mengalami trauma pada jaringan yang erat, terutama di daerah ini.

Diperkirakan operasi kelenjar parotis dapat secara tidak sengaja merusak saraf di dekatnya, yang mencampurkan sinyal saraf tertentu, seperti untuk berkeringat. Ini adalah sindrom Frey.

Biasanya, entah mengetahuinya atau tidak, seseorang mengeluarkan air liur dan biasanya menghasilkan air liur ekstra saat makan. Ini adalah cara tubuh membantu proses pencernaan.

Jika saraf ke kelenjar parotis Anda rusak, Anda mungkin mulai berkeringat alih-alih mengeluarkan air liur karena “sinyal campuran” tubuh Anda. Seseorang dengan sindrom Frey mungkin mengalami keringat ringan hingga di kepala. Biasanya ringan.

Ketiga, jenis makanan. Beberapa makanan dan minuman diketahui menyebabkan keringat saat makan, termasuk makanan panas dan pedas.

Jika seseorang memiliki masalah berkeringat saat makan karena sindrom Frey atau kondisi medis lain yang mendasarinya, mungkin dengan hanya memikirkan makanan saja bisa menyebabkan keringat. Beberapa orang menemukan jenis makanan tertentu mepengaruhi mereka seperti manis, kecut, pedas, dan asin.

Untuk membantu menentukan potensi penyebab yang mendasari, dokter akan mempertimbangkan di mana Anda memiliki gejala. Misalnya, sindrom Frey biasanya menyebabkan wajah memerah dan berkeringat hanya pada satu sisi wajah saat makan.

Ini karena operasi kepala dan leher, terutama untuk mengangkat kelenjar parotis, biasanya hanya untuk satu sisi. Akibatnya, sisi inilah yang berpotensi mengalami kerusakan saraf yang bisa memicu keringat.

Berkeringat saat makan karena kondisi medis yang mendasarinya seperti diabetes melitus biasanya menyebabkan keringat di kedua sisi wajah dan area tubuh lainnya. Ini termasuk pipi, dahi, pelipis, dan leher. Jika pernah menjalani operasi di kepala dan leher, seseorang mungkin mengalami sindrom Frey dalam tahun pertama setelah operasi.

Selain itu, berkeringat saat makan juga merupakan efek samping dari kondisi medis selain sindrom Frey. Contoh kondisi lain yang diketahui dokter bisa menyebabkan berkeringat saat makan, antara lain sakit kepala klaster, diabetes melitus, facial herpes zoster (shingles), dan penyakit Parkinson.

Masing-masing kondisi ini dapat memengaruhi cara saraf mengirimkan pesan satu sama lain. Pesan-pesan tersebut dapat menjadi “bercampur”, menghasilkan keringat alih-alih mengeluarkan air liur, atau berkeringat selain mengeluarkan air liur.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement