REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenis makanan tertentu bisa memberikan efek khusus pada otak. Hal itu yang membuat sebagian orang sulit mengendalikan diri untuk tidak menyantapnya. Mirip dengan jenis kecanduan lainnya, seseorang mungkin sangat ingin berhenti, tapi berujung gagal.
Alhasil, orang yang "kecanduan" bisa membuat seseorang menyantap makanan tidak sehat dalam jumlah besar. Makanan dan minuman yang paling sering menyebabkan kondisi ini termasuk makanan olahan, junk food, permen, minuman bersoda, dan gorengan tinggi lemak.
Kecanduan makanan melibatkan area otak dan neurotransmiter yang sama dengan kecanduan narkoba, dan banyak gejalanya identik. Terjadi efek yang kuat pada pusat otak, yang diyakini disebabkan oleh sinyal dopamin yang memengaruhi biokimia otak.
Bedanya dengan kecanduan narkoba, tidak ada tes darah untuk mendiagnosis kecanduan makanan. Namun, kondisi ini bisa ditengarai dari sejumlah gejala umum. Pengidapnya jadi sering mengidam makanan tertentu meski sudah merasa kenyang dan baru saja selesai makan bergizi.
Dia lantas mulai menyantap makanan yang diinginkan dan sering makan lebih banyak dari yang sebenarnya dia mau, terkadang makan sampai merasa terlalu kenyang. Setelahnya, muncul rasa bersalah, tapi tidak bisa menahan diri memakannya saat ada dorongan lagi.
Gejala lain yaitu pengidap kecanduan makanan terkadang membuat alasan mengapa menyantap makan tertentu bukan ide yang bagus. Meskipun mengetahui bahwa makanan tersebut menyebabkan kerusakan fisik atau penambahan berat badan, dia tak bisa benar-benar menyetopnya. Bahkan, dia jadi sering menyantap makanan tidak sehat secara sembunyi-sembunyi dari orang lain.
Jika ada empat atau lima gejala itu yang Anda alami, bisa berarti ada masalah yang lebih dalam terkait kebiasaan makan. Sementara itu, apabila mengalami enam atau lebih gejala yang ada, kemungkinan besar itu adalah kecanduan makanan.
Meski terkesan sepele, kecanduan makanan termasuk kondisi serius dan memerlukan perawatan untuk mengatasinya. Kecanduan makanan dapat menyebabkan kondisi kesehatan kronis, seperti obesitas dan diabetes tipe dua.
Selain itu, bisa berdampak negatif pada harga diri dan citra diri seseorang, membuat mereka tidak bahagia dengan tubuhnya. Seperti kecanduan lainnya, kecanduan makanan dapat menimbulkan dampak emosional dan meningkatkan risiko kematian dini seseorang.
Bagaimana cara mengatasinya? Pertama, seseorang perlu mengetahui makanan yang membuatnya kecanduan, lalu membuat keputusan tegas untuk tidak menyantapnya lagi secara berlebihan. Pertimbangkan menulis daftar pro dan kontra untuk keputusan itu.
Misalnya, pro mungkin termasuk menurunkan berat badan, hidup lebih lama, memiliki lebih banyak energi, dan merasa lebih baik setiap hari. Kontra mungkin termasuk tidak bisa makan es krim bersama keluarga, tidak ada kue selama musim liburan, dan harus menjelaskan pilihan makanan saat bertamu atau makan bersama.
Tidak peduli seberapa aneh atau sia-sia kelihatannya, tuliskan semuanya, kemudian bandingkan kedua daftar tersebut dan tanyakan apakah itu sepadan. Jika jawabannya adalah "ya", yakinlah bahwa itu adalah keputusan tepat. Namun, perlu diingat bahwa dilema sosial yang mungkin muncul dalam daftar kontra sering kali dapat dengan mudah diselesaikan.
Beberapa hal lain dapat membantu seseorang berhenti makan sesuatu yang memicu kecanduan. Tuliskan daftar makanan yang menyebabkan mengidam dan/atau makanan pemicu yang harus dihindari sepenuhnya. Buat juga daftar tempat makan yang menyajikan makanan sehat dan catat menu sehatnya.
Saat muncul keinginan ngemil atau makan, pikirkan makanan sehat yang disukai dan sudah dimakan secara teratur. Selain itu, jangan melakukan diet. Tunda program penurunan berat badan setidaknya selama satu sampai tiga bulan.
Pasalnya, diet akan memicu rasa lapar dan pembatasan tertentu kemungkinan akan membuat upaya mengatasi kecanduan makan jadi lebih sulit. Setelah melakukan langkah-langkah tadi, tetapkan batas waktu untuk tidak lagi menyantap makanan penyebab kecanduan.
Kebanyakan pengidap kecanduan makanan perlu mencoba cara-cara itu beberapa kali hingga berhasil dalam jangka panjang. Meskipun sangat mungkin untuk mengatasi kecanduan secara mandiri, beberapa orang mungkin membutuhkan bantuan dari profesional kesehatan dan kelompok pendukung.
Jika dibutuhkan, berkonsultasilah dengan psikolog atau psikiater yang memiliki pengalaman dalam menangani kecanduan makanan. Bisa juga dengan bergabung dalam kelompok pendukung yang dapat menawarkan dukungan untuk mengatasi kecanduan makanan.