Senin 14 Aug 2023 18:20 WIB

IHSG Berhasil Rebound Ditopang Kenaikan BRIS hingga ADRO

IHSG menguat 0,44 persen ke level 6.910,11.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona positif pada perdagangan awal pekan, Senin (14/8/2023). IHSG berhasil melambug kembali sebesar 0,44 persen ke level 6.910,11 setelah sempat terkoreks
Foto: Republika/Edwin Putranto
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona positif pada perdagangan awal pekan, Senin (14/8/2023). IHSG berhasil melambug kembali sebesar 0,44 persen ke level 6.910,11 setelah sempat terkoreks

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona positif pada perdagangan awal pekan, Senin (14/8/2023). IHSG berhasil melambung kembali sebesar 0,44 persen ke level 6.910,11 setelah sempat terkoreksi di awal perdagangan.

Kenaikan IHSG ditopang oleh sejumlah saham blue chip antara lain INKP yang naik 2,58 persen, BRIS naik 2,43 persen, AMRT menguat 2,12 persen, AKRA menguat 1,98 persen, SMGR menguat 1,86 persen, ITMG menguat 1,72 persen dan ADRO menguat 1,70 persen. 

Baca Juga

Penguatan IHSG terjadi di tengah melemahnya bursa di kawasan Asia. Indeks saham di Asia sore ini mayoritas ditutup turun setelah data ekonomi AS keluar dengan hasil bervariasi.

"Data ekonomi AS membangkitkan kekhawatiran bahwa bank sentral AS (Federal Reserve) mungkin akan menaikkan suku bunga lagi," kata Phillip Sekuritas Indonesia, Senin (14/8/2023).

Para pengamat pasar memperingatkan investor terlalu cepat membentuk konsensus bahwa inflasi sudah berada di bawah kendali, ekonomi AS akan terhindar dari resesi, dan Federal Reserve segera mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.

Investor juga merespons negatif rilis data Penyaluran Pinjaman Baru Bank Cina akhir pekan lalu. Perbankan Cina menyalurkan kredit baru senilai 345,9 miliar Yuan di Juli, terendah sejak November 2009. Angka penyaluran kredit Juli ini juga jauh lebih rendah dari pencapaian tahun lalu, yaitu 679 miliar Yuan, dan 3,05 triliun Yuan di Juni.

Pada Selasa, Cina dijadwalkan merilis data ekonomi Juli yang diprediksi akan memperlihatkan tidak ada pertumbuhan dari Juni untuk data Industrial Production, dan Fixed Asset Investment. Selain itu, Penjualan Ritel diprediksi naik 4,7 persen yoy di Juli, sedikit lebih cepat dari laju kenaikan 3,1 persen di Juni.

Situasi geopolitik juga menjadi sumber kekhawatiran setelah kapal perang Rusia pada hari akhir pekan lalu memberikan tembakan peringatan pada sebuah kapal kargo di bagian barat timur Laut Hitam. Ini membuka babak baru perang yang dapat mempengaruhi harga minyak dan bahan makanan.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah turun lebih dari satu persen hari ini, tertekan oleh kekhawatiran mengenai runtuhnya pemulihan ekonomi Cina dan penguatan nilai tukar mata uang dolar AS.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement