Senin 21 Aug 2023 17:19 WIB

Lombok Bangun Pabrik Biogas, Bisa Dipakai Substitusi Gas LPG

Pabrik tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada 2025

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustasi pemanfaatan biogas.
Foto: ANTARA/Adwit B Pramono
Ilustasi pemanfaatan biogas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masyarakat Kabupaten Lombok Barat, NTB bakal segera memiliki pabrik biogas yang diharapkan menjadi solusi pengolahan limbah pertanian jagung setempat. Pabrik tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada 2025 mendatang dan diharapkan bisa menggantikan produk gas LPG yang diimpor. 

Pabrik Compressed Biogas (CBG) itu dibangun oleh PT Kaltimex Energy bekerja sama dengan BUMD NTB dan PT Gerbang NTB Emas (GNE). Pabrik ini akan mengolah sampah pertanian berupa tongkol jagung menjadi bahan baku pembuatan CBG. Produk ini dapat digunakan sebagai substitusi LPG dan dapat dimanfaatkan oleh industri hotel, restoran dan katering. 

Baca Juga

Pabrik CBG ini mampu menghasilkan hingga 10 ton CBG per hari, dan diharapkan dapat menurunkan emisi sebesar 5.448 ton CO2 per tahun, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, dan menyelesaikan permasalahan sampah.

Koordinator Investasi dan Kerja Sama Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM, Trois Dilisusendi dengan keberadaan pabrik CBG tersebut, diharapkan NTB akan menjadi mandiri energi serta mendukung pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dalam percepatan target nol emisi karbon.

"NTB memiliki potensi besar biomassa dari limbah pertanian, terutama tongkol jagung yang mencapai 180 ribu ton, dengan teknologi dapat dimanfaatkan menjadi CBG. Pemerintah pusat terus mendorong pemanfaatan biogas, salah satunya dukungan kebijakan pengadaan biogas sebagai bahan bakar lain,” kata Trois dikutip dari keterangan resminya, Senin (21/8/2023). 

Chairman Kaltimex Group Ralhan mengatakan, Provinsi NTB terpilih sebagai lokasi pabrik CBG karena memiliki komitmen yang tinggi terhadap lingkungan, dengan target nol emisi karbon pada 2050, program zero waste dan industrialisasi.

"Kami berharap dapat mendukung rencana Pemerintah RI dalam menekan angka impor LPG ke depan, mengingat tingginya impor LPG di Indonesia sepanjang tahun 2022 yang mencapai 6,7 juta ton atau setara 82 persen dari total volume LPG yang dikonsumsi masyarakat Indonesia pada tahun yang sama," kata Raihan. 

Gubernur NTB Zulkieflimansyah mengatakan, Pabrik CBG ini mewakili dua isu penting yakni industrialisasi dan zero waste. Kedua hal ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. 

Provinsi NTB juga memiliki target yang ambisius untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 dimana target tersebut diimplementasikan ke dalam tiga program, yaitu Green Tourism, Green Energy, dan Green Industry.

"Provinsi NTB memiliki target ambisius untuk mencapai target penurunan emisi sebesar 3 juta ton CO2, karenanya kita harus mulai mengolah limbah kita menjadi bermanfaat seperti tongkol jagung yang jumlahnya melimpah di NTB sehingga memiliki nilai tambah, dalam hal ini diubah menjadi CBG", ujar Zul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement