REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia tengah diisukan bakal bergabung dengan kelompok negara-negara berkembang terdepan dunia, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan atau yang disebut BRICS. Dugaan bergabungnya Indonesia juga diperkuat dengan hadirnya Presiden Joko Widodo dalam KTT BRICS yang kini tengah berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan.
Ketua Bidang Kebijakan Publik, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sutrisno Iwantono, menuturkan, bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS akan memberikan nilai tersendiri bagi sektor perdagangan. Sebab, Indonesia punya peluang untuk meningkatkan penetrasi pasar ke lima negara anggota yang notabene memiliki pasar besar.
“Apakah kita bisa memanfaatkannya atau tidak? Kalau kita bisa, saya kira itu menjadi baik,” kata Sutrisno kepada Republika.co.id, Senin (21/8/2023).
Lebih jauh, Indonesia juga bisa memantapkan posisinya dalam perdagangan Internasional. Bersama kelima negara anggota, Indonesia dapat lebih mandiri untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang dolar AS karena akan timbul keinginan menggunakan mata uang lokal antarnegara anggota.
Di sisi lain, Sutrisno menilai bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS juga akan memperkuat posisi para anggota. Menurut dia, diundangnya Indonesia untuk hadir dalam pertemuan tersebut memberikan sinyal bahwa Indonesia telah menjadi negara berpengaruh dari kawasan ASEAN dengan kekuatan ekonominya.
“Intinya kalau negara-negara ini bergabung tentu kekuatan ekonomi itu bisa mengalahkan kelompok G7,” kata dia.
Hanya saja, dirinya menegaskan, hingga saat ini memang belum terdapat pernyataan resmi dari pemerintah apakah akan bergabung atau tidak. Apindo sebagai organisasi juga belum pernah diminta pemerintah untuk ikut mempertimbangkan masuk ke BRICS
Ia mengingatkan, pemerintah harus memutuskan secara matang untung rugi bila nantinya bergabung bersama BRICS. Apalagi, organisasi BRICS tergolong baru sehingga masih dinilai belum begitu solid sebagai kelompok negara berkembang terdepan.