REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, partainya sudah punya strategi memenangkan Prabowo Subianto di Jawa Timur dalam Pilpres 2024 mendatang, meski Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tak lagi mendukung. Jawa Timur diketahui merupakan lumbung suara PKB dari pemilu ke pemilu.
"Kalau ditanya mengenai bagaimana persoalan di Jawa Timur, tentunya kami Partai Gerindra sebagai partai kedua terbesar pemenang Pemilu (2019), kami juga sudah ada langkah-langkah, simulasi-simulasi yang dilakukan seandainya koalisinya dengan A, dengan B," kata Dasco saat menyampaikan sikap resmi partainya atas manuver PKB, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (1/9/2023) malam.
Dasco enggan mengungkapkan strategi partai memenangkan Prabowo di Jawa Timur (Jatim) itu. Dia hanya mengatakan partainya siap memenangkan Prabowo di Jatim. "Kami Insya Allah siap dalam keadaan apa pun," kata Wakil Ketua DPR itu.
PKB diketahui sudah satu tahun berkoalisi dengan Partai Gerindra untuk mengusung Prabowo sebagai capres Pilpres 2024. Namun, PKB pada sore tadi memutuskan beralih mendukung Anies Baswedan. Sekjen PKB Hasanuddin Wahid menyatakan, partainya menerima pinangan Nasdem untuk menjadikan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar sebagai cawapres pendamping Anies.
Sementara itu, Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, Prabowo Subianto akan kehilangan suara pemilih di Jawa Timur dan Jawa Tengah usai PKB hengkang. Pasalnya, dua provinsi tersebut selama ini merupakan lumbung suara PKB.
"Tentu saja menjadi kerugian besar bagi Prabowo Subianto kalau Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hengkang ke kubu Anies. Sebab, PKB ini kan partai politik yang setidaknya bisa menambal kekurangan Prabowo di Jawa Timur dan Jawa Tengah " kata Adi ketika dikonfirmasi Republika, Jumat (1/9/2023).
Adi menambahkan, hengkangnya PKB juga akan membuat Prabowo kehilangan suara dari kalangan Nahdliyyin, sebutan bagi warga Nahdlatul Ulama (NU). Sebab, akses untuk masuk ke kalangan Nahdliyyin hanya dimiliki oleh PKB yang selama ini dianggap sebagai partai politik representasi NU. Adapun Prabowo maupun partainya, Gerindra tidak punya akses terhadap kalangan tersebut.
"Prabowo tidak punya pintu masuk untuk bicara, untuk penetrasi ke kalangan Nahdliyyin. Karena yang bisa melakukan penetrasi ke kalangan Nahdliyyin hanya PKB,” kata Adi.
Menurut dia, solusi yang bisa ditempuh Prabowo untuk mendapatkan suara Nahdliyyin adalah menggandeng Menteri BUMN Erick Thohir sebagai cawapres. Erick diketahui merupakan anggota kehormatan Banser NU dan sempat menjadi ketua pengarah acara peringatan 1 abad NU pada awal tahun ini.
"Solusi untuk masuk ke kalangan Nahdliyyin adalah menggandeng Erick Thohir," kata dosen Prodi Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.