REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mendata produksi beras pada masa panen terakhir selama Januari-Juli 2023 surplus sebanyak 84 ribu ton dengan angka produktivitas 62,92 kuintal per hektare.
"Luas panen periode Januari-Juli 2023, kita sudah tercatat 57.264 hektare, dengan produksi gabah kering giling (GKP) mencapai 360 ribu ton atau setara dengan beras 230 ribu ton," kata Sub Koordinator Produksi Tanaman Pangan Distan Kabupaten Cirebon Iwan Mulyawan di Cirebon, Jawa Barat, Senin (4/9/2023).
Ia menjelaskan, angka surplus itu diambil berdasarkan kebutuhan beras di Kabupaten Cirebon yang diperkirakan sekitar 114 kg per kapita per tahun. Selanjutnya dari perhitungan jumlah masyarakat di Cirebon mencapai 2,2 juta jiwa, maka setiap bulan dibutuhkan 20.900 ton beras.
"Kalau per bulan memakai asumsi kita, jumlah penduduk 2,2 juta jiwa itu kebutuhannya 20.900 ton per bulan," kata Iwan.
Ia mengatakan, dari perhitungan itu, maka selama tujuh bulan terakhir ini kebutuhan beras yang diperlukan warga berada di angka 146 ribu ton. Apabila melihat hasil panen terakhir sudah menyentuh 230 ribu ton, artinya produksi beras di Kabupaten Cirebon surplus sebanyak 84 ribu ton.
"Kalau mulai dari Januari-Juli itu tujuh bulan, maka angkanya 146 ribu ton kebutuhannya. Sementara kita panen produksi sudah di angka 230 ribu ton. Berarti surplus berdasarkan data kita," kata Iwan.
Ia menambahkan, musim tanam padi di Kabupaten Cirebon telah berlangsung pada Oktober 2022 sampai Juli 2023 dengan realisasi 88.851 hektare. Memasuki akhir Agustus kemarin, sebagian besar lahan tersebut sudah dipanen.
Ia memastikan sisa beras hasil produksi petani itu diprediksi akan mencukupi kebutuhan masyarakat, setidaknya sampai panen pada musim tanam ketiga tahun ini selesai. "Produktivitasnya standar yakni 62,92 kuintal per hektare. Hanya saja, kondisi di lapangan kita tidak tahu, berasnya lari ke mana. Setiap panen, petani menjual gabahnya ke berbagai tempat," kata Iwan.