Senin 04 Sep 2023 16:34 WIB

Survei REI: 55,52 persen Masyarakat Bangun Perumahan Menengah Atas

Penjualan rumah menengah atas mencatatkan tren positif sepanjang 2023.

Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Proyek pembangunan perumahan di Sleman, Yogyakarta (ilustrasi). Penjualan rumah menengah atas mencatatkan tren positif sepanjang 2023.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Proyek pembangunan perumahan di Sleman, Yogyakarta (ilustrasi). Penjualan rumah menengah atas mencatatkan tren positif sepanjang 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survey Perkembangan Industri Real Estat DPD Realestat Indonesia (REI) DKI Jakarta memperlihatkan sebanyak 94,31 persen responden membangun proyek hunian, berupa perumahan dan apartemen pada tahun ini. Dari jumlah tersebut sebanyak 55,52 persen mengembangkan perumahan menengah dan atas, sebanyak 28,47 persen mengembangkan perumahan bawah, sebanyak sebanyak 10,32 persen mengembangkan apartemen jual.

Ketua DPD REI DKI Jakarta Arvin F Iskandar menyatakan penjualan rumah menengah atas mencatatkan tren positif sepanjang 2023. Hasil riset ini mencatatkan adanya tren pergeseran pasar properti seiring berakhirnya pandemi Covid-19.

“Produk properti yang memberikan kinerja terbaik 2023 merupakan jenis hunian berupa perumahan dan apartemen. Dengan rincian; 60,1 persen perumahan menengah atas, 28,1 persen perumahan bawah/RST dan 5,7 persen apartemen strata,” kata Arvin melalui siaran pers di Jakarta, Ahad (3/9/2023). 

Arvin mengatakan hal itu berbeda dengan hasil riset sebelumnya pada 2020, yakni sebanyak 65,5 persen menyatakan perumahan bawah/RST/FLPP merupakan produk yang memberikan kinerja terbaik. Seiring dengan hal tersebut, sebanyak 43,4 persen berharap industri properti pada 2024 jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.

“Walaupun tahun depan merupakan tahun politik karena akan berlangsung pemilihan umum, sebagian pengembang yakin sektor realestat tidak terpengaruh. Kami juga berharap, sektor realestat tahun depan akan jauh lebih baik. Dorongan optimistis ini karena adanya kemudahan perizinan atau persyaratan dalam mengembangkan proyek serta stabilitas suku bunga perbankan,” pungkasnya.

Jika dilihat dari kebutuhan ekspansi, sebanyak 39,5 persen dari pengembang membutuhkan capital expenditure (capex) sebesarRp 50 miliar atau lebih tinggi 20,9 persen dibanding kebutuhan capex pada 2020. 

Sementara itu Wakil Ketua DPD REI DKI Jakarta Bidang Riset dan Hubungan Luar Negeri, Chandra Rambey mengatakan bahwa riset itu diikuti oleh lebih dari 300 responden yang tergabung sebagai anggota DPD REI DKI Jakarta.

Adapun riset dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode pengumpulan data primer berupa survey melalui penyebaran kuesioner atau wawancara.

“Dari hasil riset, kami selaku pelaku usaha bisa mendapatkan gambaran dan mengetahui persepsi para pengembang anggota. Sekaligus menjadi pedoman untuk merancang strategi pengembangan produk, sesuai profil industri, sedangkan untuk pemerintah maupun stakeholder terkait lainnya, mereka bisa membuat kebijakan atau evaluasi tindakan untuk menggerakkan roda ekonomi," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement