Kamis 07 Sep 2023 22:24 WIB

Kolaborasi ASEAN Indo-Pacific Jadi Kunci Kebangkitan Pariwisata Indonesia

Pola berwisata masyarakat sebelum dan setelah pandemi tak jauh berbeda.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Yusuf Assidiq
Pengunjung berwisata di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Pengunjung berwisata di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney turut ambil bagian dalam pelaksanaan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) di Jakarta pada 5-6 September 2023. InJourney mengungkapkan, kolaborasi AIPF bisa menjadi kunci kebangkitan pariwisata Indonesia.

Direktur Utama InJourney, Dony Oskaria menyampaikan saat ini industri pariwisata Indonesia setelah pandemi mulai pulih. “Industri pariwisata dan ekonomi kreatif memang kini sudah rebound setelah terpukul akibat pandemi. Namun, terdapat perubahan besar yang terjadi pada industri pariwisata dan ekonomi kreatif setelah pandemi Covid-19,” kata Dony, Kamis (7/9/2023).

Ia menuturkan, pola berwisata masyarakat sebelum dan setelah pandemi tak jauh berbeda. Menurut Dony, masyarakat tetap ingin melihat langsung dan ber-experience di destinasi pariwisata yang ingin dikunjungi.

“Untuk itu, terdapat perubahan besar terkait bisnis industri pariwisata di mana saat ini tidak hanya mengandalkan promosi pariwisata saja (marketing based) namun juga dibarengi dengan pengembangan destinasi pariwisata (destination based),” jelas Dony.

Menurutnya, kehadiran InJourney menjadi salah satu motor penggerak kebangkitan sektor aviasi dan pariwisata di Indonesia. Hal itu dilakukan dengan memperkuat sinergi dan kolaborasi antar BUMN, pemerintah, dan swasta dalam misi pengembangan sektor pariwisata.

Lebih lanjut, Dony menjelaskan InJourney saat ini juga terlibat aktif dalam pengembangan dan aktivasi di destinasi wisata khususnya lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) seperti Labuan Bajo, Likupang, Borobudur, Danau Toba, dan Mandalika. Dikatakan, tourism destination development menjadi aspek sangat penting bagi industri pariwisata.

“Pengembangan destinasi pariwisata tidak bisa lepas dari connectivity, akomodasi, amenities, facilites, dan lainnya. Sehingga, untuk melakukan hal tersebut, kita tidak bisa berjalan sendiri tapi dibutuhkan kolaborasi antar sektor,” ungkap Dony.  

Dony menjelaskan, pengembangan destinasi pariwisata telah terwujud beberapa di antaranya KEK Mandalika yang didukung oleh Kementerian PUPR dengan membangun akses langsung jalan bypass 17,36 kilometer dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid di Lombok Praya ke KEK Mandalika.

Pembangunan infrastruktur tersebut menurutnya sangat terasa manfaatnya pada saat pelaksanaan event khususnya MotoGP. Selain itu, dari pengelola bandara yakni PT Angkasa Pura I juga melakukan perluasan terminal dan runway serta beautifikasi untuk mendukung perhelatan tersebut.

Sama halnya dengan KTT ASEAN yang di Labuan Bajo beberapa waktu yang lalu di mana tercipta kolaborasi antar BUMN, pemerintah, dan stakeholder lainnya. Selain itu, ia mengungkapkan pentingnya kolaborasi antar negara-negara ASEAN Indo Pacific.

Demikian halnya pada pengembangan KEK Kesehatan Sanur yang berkolaborasi dengan Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand untuk menyediakan pusat layanan kesehatan berstandar nasional yang memiliki state-the-art facilities yang terintegrasi.

Ia memastikan, nantinya KEK Kesehatan Sanur nantinya akan ada sarana akomodasi yang terdiri dari hotel dan resort hingga seribu kamar, fasilitas bagi elderly people, ethnobotanical garden, convention center bertaraf internasional yang mampu menampung hingga 5.000 orang, area komersial, sentra UMKM, dan berbagai fasilitas lainnya.

Tentunya, KEK Kesehatan Sanur tersebut akan dilengkapi dengan sejumlah fasilitas kesehatan berstandar internasional seperti surgery clinic dari Korea Selatan, festility clinic dari Australia, immunology technology Jepang, retirement home dari Korea Selatan, dan sebagainya.

“InJourney manargetkan pengoperasian KEK Kesehatan Sanur pada akhir 2024,” ujar Dony. Ke depannya, Dony menegaskan, InJourney akan terus membangun kolaborasi dengan negara-negara ASEAN Indo-Pacific terutama dalam hal membuka peluang dalam membangun konektivitas.

Dony yakin inisiatif-inisiatif kolaborasi yang dilakukan dapat memberikan multiplier effect dan memberikan kontribusi besar antar negara.

Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir pada kesempatan terpisah, mengungkapkan seiring pulihnya sektor pariwisata dan industri kreatif dari pandemi, telah muncul kesadaran betapa pentingnya ketangguhan. Begitu juga dengan keberlangsungan dan inklusivitas sektor ini dalam jangka panjang.

Ia menilai, perubahan industri ini juga terjadi di Indonesia. “Karena itu, pemerintah membentuk sebuah ekosistem pariwisata dan pendukungnya untuk membentuk sebuah kekuatan besar, sehingga industri ini mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada perekonomian,” jelas Erick.

Erick menambahkan, InJourney dibentuk untuk meningkatkan sinergi antar BUMN pada sektor pariwisata dan pendukung serta mengoptimalkan potensi peran BUMN. Ditegaskan, pembentukan holding BUMN pariwisata dan pendukung akan mendorong pelaksanaan inisiatif-inisiatif, pengembangan, peningkatan daya saing, serta kolaborasi dan kemampuan lintas sektor yang terintegrasi di masa depan.

“Hal ini diharapkan dapat memberikan multiplier effect dan memberikan kontribusi besar bagi negara,” tutur Erick.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement