REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Penyumbatan dalam sistem pemulihan air di stasiun luar angkasa internasional (ISS) telah sedemikian parah. Maka dari itu, selang-selang harus dikirim kembali ke Bumi untuk dibersihkan dan diperbaharui
Hal ini disebabkan oleh penumpukan biofilm, yakni konsorsium mikroorganisme yang menempel satu sama lain, sering kali juga pada permukaan— misalnya, bagian dalam pipa pemulihan air. Pertumbuhan mikroba atau jamur ini dapat menyumbat filter dalam sistem pengolahan air dan membuat astronaut sakit.
Dilansir Engadget, Ahad (10/9/2023), karena biofilm membahayakan integritas dan merusak peralatan, termasuk pakaian antariksa, unit daur ulang, radiator, dan fasilitas pengolah air, maka badan antariksa harus mengeluarkan banyak uang untuk mengganti material yang terkena dampak.
Untuk setahun penuh pada tahun 2023, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) telah mengucurkan dana sebesar 1,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 19,9 triliun sebagai bagian dari anggarannya untuk memasok misi kargo ke ISS. Mencegah pertumbuhan mikroba dalam misi ruang angkasa yang dienkapsulasi akan sangat penting terutama untuk perjalanan jarak jauh ke tempat-tempat seperti Bulan atau Planet Mars, di mana kembali ke Bumi untuk perbaikan atau perawatan astronaut yang sakit menjadi hal yang sulit untuk dilakukan.
Dalam kolaborasi silang antara para peneliti di University of Colorado, MIT, dan Pusat Penelitian Ames NASA, para peneliti mempelajari sampel dari stasiun luar angkasa menggunakan jenis bakteri gram negatif yang spesifik dan telah dipahami dengan baik. Para ilmuwan juga bergabung dengan para ahli di LiquiGlide, sebuah perusahaan yang dijalankan oleh peneliti MIT Kripa Varanasi yang berspesialisasi dalam “menghilangkan gesekan antara benda padat dan cair”.
Studi multidisiplin menemukan bahwa menutupi permukaan dengan lapisan tipis asam nukleat mencegah pertumbuhan bakteri pada sampel ISS yang terpapar. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa asam ini membawa muatan listrik negatif yang menghentikan mikroba menempel pada permukaan.
Tetapi perlu dicatat, bahwa bakteri tersebut menghadapi penghalang fisik dan kimia yang unik berupa permukaan pengujian diukir pada “rumput nano”. Paku silikon ini, yang menyerupai hutan kecil, kemudian diolesi dengan minyak silikon, sehingga menciptakan permukaan licin yang membuat biofilm sulit menempel.
Penerapan metode khusus untuk menutupi permukaan dengan asam nukleat untuk mencegah penumpukan biofilm menunjukkan bahwa dalam sampel terestrial, pembentukan mikroba berkurang sekitar 74 persen. Yang mengejutkan, sampel stasiun luar angkasa justru menunjukkan penurunan yang lebih drastis, yakni sekitar 86 persen.
Namun, satu rekomendasi yang dibuat tim, berdasarkan hasil awal ini, adalah tes dengan durasi yang lebih lama harus dilakukan pada misi di masa depan. “Kami tidak tahu sampai kapan ia mampu mempertahankan kinerja ini,” kata Pakar Mikrobiologi di University of Colorado yang berpartisipasi dalam penelitian ini, Pamela Flores dalam sebuah pernyataan.
“Jadi kami merekomendasikan waktu inkubasi yang lebih lama, dan juga, jika memungkinkan, analisis berkelanjutan, dan bukan hanya titik akhir,” ujarnya.