REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir-akhir ini marak berita mengenai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) bahkan berujung pada pembunuhan. Kasus yang terbaru terjadi di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, di mana Nando (25 tahun) ditetapkan sebagai tersangka yang tega membunuh istrinya sendiri bernama Mega Suryani Dewi (24 tahun).
Menurut praktisi psikolog keluarga, Nuzulia Rahma Tristinarum ada beberapa hal yang memengaruhi orang-orang yang kerap bertindak kasar, khususnya dalam keluarga, di antaranya:
1. Pola asuh keluarga
Anak anak yang dibesarkan dengan kekerasan atau sering melihat kekerasan ayah pada ibunya atau sebaliknya, itulah yang akan menjadi gambaran dalam pikirannya.
Anak-anak ini pada masa dewasanya biasanya kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat, karena di dalam dirinya tidak ada file bagaimana seharusnya kehidupan dalam rumah tangga.
"Baik pelaku maupun korban secara tidak langsung merasa bahwa apa yang dilakukan dan dialaminya (kekerasan) adalah hal yang lumrah," ujar perempuan yang akrab disapa Lia kepada Republika.co.id, Sabtu (16/9/2023).
2. Lingkungan
Lingkungan turut membentuk persepsi dan perilaku seseorang. Dengan siapa orang itu bergaul, akan bisa menjadi indikator bagaimana perilakunya.
3. Media
Seringnya terpapar dengan tayangan kekerasan dapat membuat seseorang merasa bahwa itu biasa dan mudah dilakukan. Biasanya tayangan ini juga ada pada game yang biasa dimainkan.
4. Value atau mindset terhadap sebuah hubungan
Ada yang memiliki mindset bahwa perempuan harus patuh. Ini kerap membuat suami bertindak sewenang wenang terhadap istri.
Lia mengatakan, jika kejadiannya sampai pada tahap pembunuhan, perlu dicari tahu lebih dalam, apakah pelaku memiliki gangguan mental tertentu atau karena tidak memiliki kemampuan meregulasi emosinya. Kasus kekerasan bahkan pembunuhan suami terhadap istri, ada yang dilakukan didepan anak, menurut Lia, jika anak melihat adanya kekerasan tentu itu berpengaruh terhadap dirinya. Bisa mengalami trauma, depresi dan lainnya.
"Di masa dewasa, bisa juga si anak menjadi pelaku atau menjadi korban kekerasan," ujarnya. Apalagi jika sampai terjadi pembunuhan, tentu perlu dilakukan pendampingan psikologis pada anak-anak tersebut
Desy Susilawati